Bedak Bayi Johnson Berhenti Dijual, Benarkah Kandungannya Penyebab Kanker?

Kamis, 21 Mei 2020 | 07:49 WIB
Bedak Bayi Johnson Berhenti Dijual, Benarkah Kandungannya Penyebab Kanker?
Ilustrasi bedak bayi(shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sebaliknya, penelitian dari 2016 menemukan penggunaan bedak tabur talc pada genital dapat meningkatkan risiko kanker ovarium sebesar 33% pada peserta. Namun, penelitian ini mengandalkan wawancara pribadi berdasarkan ingatan peserta, yang mungkin tidak akurat.

Menurut ulasan 2018, ada hubungan yang lemah tapi signifikan secara statistik antara kanker ovarium dan bedak talc yang digunakan pada alat kelamin.

Namun, mengingat bukti yang bertentangan ini, serta banyak faktor risiko kanker ovarium lainnya, seperti usia yang lebih tua, terapi hormon jangka panjang, riwayat keluarga, dan genetika, para ilmuwan tidak dapat mengatakan dengan pasti bahwa bedak talc menyebabkan kanker.

Bedak bayi Johnson & Johnson (foto: ilustrasi by VOA Indonesia).
Bedak bayi Johnson & Johnson (foto: ilustrasi by VOA Indonesia).

Apa kata organisasi kesehatan resmi?

Baca Juga: Berkat Anjing Peliharaan, Wanita Ini Jadi Tahu Mengidap Kanker Ovarium

Menurut Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), bedak berbasis talc pada umumnya tidak bersifat karsinogenik. Namun, ada risiko kecil bahwa bedak talc dapat karsinogen bagi manusia ketika digunakan pada alat kelamin.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan, berulang kali mengirup talc dapat membahayakan paru-paru.

Sedangkan FDA (BPOM AS) belum dapat menentukan lantaran perdebatan ilmiah yang telah berlangsung.

Uni Eropa sendiri telah melarang talc dalam produk kecantikan dan kesehatan, sehingga orang tidak dapat membelinya di negara-negara Eropa tertentu.

Baca Juga: Studi: KB Spiral Dinilai Dapat Turunkan Risiko Kanker Ovarium!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI