Bedak Bayi Johnson Berhenti Dijual, Benarkah Kandungannya Penyebab Kanker?

Kamis, 21 Mei 2020 | 07:49 WIB
Bedak Bayi Johnson Berhenti Dijual, Benarkah Kandungannya Penyebab Kanker?
Ilustrasi bedak bayi(shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Merek bedak bayi kenamaan, Johnson & Johnson disebutakan menghentikan distribusi bedak taburnya di Amerika dan Kanada.

Rumor menyebut produk mereka, yang berbahan talc, mengandung karsinogen berupa asbes yang dianggap dapat menyebabkan kanker.

Sejauh ini, dilansir CNN Internasional, sejumlah 16 ribu konsumen telah menuntut perusahaan lantaran mengaku menderita kanker ovarium setelah menggunakan produknya secara teratur.

Benarkah rumor tersebut?

Baca Juga: Berkat Anjing Peliharaan, Wanita Ini Jadi Tahu Mengidap Kanker Ovarium

Bahan talc atau talek, yang digunakan pada beberapa bedak tabur, merupakan mineral yang mengandung zat-zat seperti magnesium, silikon, dan oksigen. Fungsinya adalah untuk melembabkan dan mengurangi efek nyeri akibat gesekan.

Tidak hanya pada bedak bayi, talc dapat digunakan pada produk kosmetik lain seperti bedak untuk orang dewasa, lipstik, dan lainnya.

Bedak bayi Johnson & Johnson (foto: ilustrasi).
Bedak bayi Johnson & Johnson (foto: ilustrasi).

Dilansir Cancer.org, beberapa talc mengandung asbes (asbestos), suatu zat yang dilketahui menyebabkan kanker di dalam dan di sekitar paru-paru ketika dihirup. Tetapi harus diingat, bahwa tidak semua bedak talc mengandung asbes.

Sedangkan menurut Medical News Today, tidak ada bukti ilmiah yang menunjuk bahwa talc dapat menyebabkan kanker.

Masalah ini pertama kali diselidiki pada 1971 ketika peneliti menemukan partikel talek pada tumor ovarium. Sebuah studi pada 1982 kemudian melihat kemungkinan ada keterkaitan antara kanker ovarium dan penggunaan bedak tabur berbahan talc di aera genital.

Baca Juga: Studi: KB Spiral Dinilai Dapat Turunkan Risiko Kanker Ovarium!

Lalu, penelitian pada 2014 tidak menemukan hubungan antara talc dan kanker ovarium.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI