Dalam kondisi perpindahan atau displacement ini, pikiran seseorang akan merasakan bahwa melakukan perlawanan pada sumber utama mungkin tidak akan diterima atau justru membahayakan.
Alih-alih menemukan jalan keluar yang tepat, seseorang dalam kondisi ini akan mencari subjek yang dinilai lemah atau tidak terlalu mengancam sebagai pelampiasan emosi negatif.
Kondisi ini bisa saja terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, ketika Anda mendapat teguran keras dan cacian dari atasan.
Anda yang merasa sakit hati atau emosi, tidak dapat melampiaskannya pada atasan. Sehingga Anda memilih untuk diam dan memendam semua emosi negatif.
Baca Juga: Masker Turunkan Risiko Penularan Covid-19 hingga 75 Persen!
Pada gilirannya, Anda akan meluapkan semua emosi negatif yang sudah tertahan itu ketika kembali pulang ke rumah, baik pada pasangan, anak atau teman.