Suara.com - 'Lockdown tanpa pandang bulu' adalah cara yang tidak efektif untuk mengendalikan Covid-19 dan dapat berkontribusi pada peningkatan 45 persen dalam angka kematian anak, demikian Unicef memperingatkan.
Menurut Unicef, seperti dilansir dari The Telegraph, risiko anak-anak meninggal akibat malaria, radang paru-paru atau diare di negara-negara berkembang meningkat karena pandemi virus corona.
Dalam sebuah wawancara eksklusif, Dr Stefan Peterson, kepala kesehatan di Unicef, memperingatkan bahwa lockdown menyeluruh bukanlah pilihan yang paling tepat. Lockdown yang diberlakukan pada banyak orang berpendapatan rendah dan menengah bukan cara yang efektif untuk mengendalikan Covid-19 dan bahkan bisa berakibat fatal.
"Tindakan lockdown sembarangan tidak memiliki efek optimal pada virus," katanya kepada The Telegraph. "Jika Anda meminta keluarga untuk tinggal di rumah di satu kamar di daerah kumuh, tanpa makanan atau air, itu tidak akan membatasi penularan virus."
Baca Juga: Gejala Covid-19 Langka, Pria Ini Bikin Dokter Terasa Memecahkan Teka-teki!
Menurut laporan yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Global Health pada hari Rabu, hampir 1,2 juta anak-anak dapat meninggal dalam enam bulan ke depan karena gangguan pada layanan kesehatan dan persediaan makanan yang disebabkan oleh pandemi virus corona.
Para peneliti di Sekolah Kesehatan Publik dan Unicef dari Johns Hopkins Bloomberg, menemukan bahwa angka kematian anak dapat naik hingga 45 persen karena gangguan terkait coronavirus, sementara kematian ibu dapat meningkat hampir 39 persen.
Dr Peterson mengatakan angka-angka ini sebagian merupakan cerminan dari pembatasan ketat di banyak dunia yang mencegah orang meninggalkan rumah. Di mana mencegah mereka mengakses layanan perawatan kesehatan yang penting.
Kampanye vaksinasi melawan penyakit termasuk campak juga telah terganggu akibat pandemi virus corona. Setidaknya 117 juta anak di seluruh dunia kemungkinan kehilangan imunisasi rutin tahun ini.
Dr Peterson memperingatkan bahwa tren ini telah menghasilkan pengurangan dalam "pemanfaatan layanan yang efektif". Selain itu, lockdown menimbulkan korban ekonomi yang besar, yang dapat memicu peningkatan kemiskinan dan kekurangan gizi .
Baca Juga: Orang yang Pernah Flu, Lebih Kebal Terhadap Covid-19?
Penelitian ini melihat konsekuensi dari gangguan di 118 negara berpenghasilan rendah dan menengah, berdasarkan tiga skenario. Dalam skenario terburuk, di mana layanan dikurangi hingga 45 persen dan proporsi anak-anak yang tumbuh sebesar 50 persen, dapat mengakibatkan 1,16 juta tambahan kematian anak dan 57.000 kematian ibu hanya dalam enam bulan.