Pemindaian paru-paru pria ini juga menunjukkan tanda peradangan, yang terlihat seperti 'halo' di paru-paru kanan, yang menurut ahli rediologi bisa jadi infeksi jamur.
"(Peradangan) itu tidak khas dari temuan CT Scan yang dilaporkan sebelumnya untuk Covid-19," sambung mereka.
Namun, peneliti mencurigai ini adalah Covid-19 dan mereka kembali mengetes pada hari ketujuh. Tes kembali menunjukkan hasil negatif.
Hingga akhirnya tim memutuskan menggunakan cara lain, yaitu metode bronchoalveolar lavage (BAL). Metode dengan cara memasukkan selang ke paru-paru untuk mengekstraksi cairan dan jaringan.
Baca Juga: Masjid Tutup, Begini Cara Umat Muslim New York Rayakan Ramadan
Sebenarnya, ini metode yang jarang digunakan di AS dan American Association for Bronchology and Intervensional Pulmonology menentang penggunaannya untuk menguji Covid-19, kecuali untuk kasus ekstrem.
Tetapi peneliti mengatakan cara ini dapat meningkatkan akurasi deteksi virus hingga lebih dari 90%, dibandingkan swab yang 60% dan 30% untuk rapid test.
Tes BAL ini menunjukkan pasien positif terinfeksi virus corona, sehingga ia harus dirawat selama 9 hari di rumah sakit.
"Melalui panggilan telepon lanjutan, pasien melaporkan bahwa batuk dan mialgia-nya perlahan sembuh, dan demamnya tidak lebih tinggi dari 37,8 derajat Celcius."
Kasus ini, kata peneliti, menambah misteri tentang virus corona. Beberapa pasien di China, misalnya, dites negatif saat swab oral tetapi positif dalam sampel anal. Para ilmuwan juga menemukan strain virus yang tersembunyi jauh di dalam paru-paru pasien yang telah pulih.
Baca Juga: Cuomo: Kasus Baru Covid-19 di New York Berasal Dari Orang yang Keluar Rumah
Beberapa peneliti mengatakan pertanyaan tersebut adalah hasil dari pemahaman yang tidak memadai tentang interaksi antara virus baru dan sistem kekebalan tubuh kita.