Tak Semua Senang Pembatasan Dilonggarkan, Penderita Kecemasan Salah Satunya

Selasa, 19 Mei 2020 | 14:30 WIB
Tak Semua Senang Pembatasan Dilonggarkan, Penderita Kecemasan Salah Satunya
Ilustrasi wanita cemas ke luar rumah. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Lockdown telah menciptakan rasa aman buatan tentang dunia. Kami telah dilindungi dari virus dan mungkin juga terlindung dari keadaan keluarga yang rumit, konflik keluarga dan masalah eksternal lainnya."

Menurutnya, re-entry anxiety memiliki beberapa kesamaan dengan respon terhadp trauma.

Ilustrasi . (Shutterstock)
Ilustrasi rasa cemas (Shutterstock)

"Misalnya, kita mengalami kecelakaan mobil, kita mungkin pulih dari guncangan kecelakaan dan bahwa tubuh sembuh dengan baik. Namun, begitu kita harus kembali mengemudi lagi rasanya sangat cemas. Ini karena kita akan kembali ke situasi berbahaya yang kita alami," lanjutnya.

Mereka yang memiliki riwayat kecemasan, misalnya, akan lebih rentan terhadap masalah semacam ini, kata Hekster. Serta, mereka yang pernah mengalami duka atau sakit, juga akan cenderung merasa cemas dengan pelonggaran pembatasan karena mereka merasa dunia luar tidak aman.

Baca Juga: Ramai Pemudik Tiba di Pelabuhan, Warganet: Pembatasan Sosial Bohong Besar

Sarita Robinson, psikolog di University of Central Lancashire, menjelaskan kemungkinan juga bergantung pada seberapa khawatir orang itu pada penularan Covid-19.

"Mereka yang merasa risikonya tinggi akan merasa jauh lebih cemas. Tetapi yang lain akan memiliki persepsi risiko yang lebih rendah, mungkin karena mereka masih muda dan sehat," tambah Robinson.

Selain itu, mereka yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga orang lain, seperti anak-anak atau orang tua lanjut usia, mungkin memiliki tingkat kecemasan tambahan, bukan untuk keselamatan mereka sendiri tetapi untuk orang yang dicintai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI