Tak Semua Senang Pembatasan Dilonggarkan, Penderita Kecemasan Salah Satunya

Selasa, 19 Mei 2020 | 14:30 WIB
Tak Semua Senang Pembatasan Dilonggarkan, Penderita Kecemasan Salah Satunya
Ilustrasi wanita cemas ke luar rumah. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak negara sudah mulai melonggarkan pembatasan. Bahkan, di Italia beberapa toko dan restoran sudah mulai buka kembali. Sedangkan di Indonesia, pemerintah akan mulai menjalankan skenario tersebut pada awal Juni.

Seolah-olah ini adalah kabar baik, tetapi kembali ke keadaan normal tidak sesederhana kelihatannya. Terutama 'kembali' dari sebuah pandemi yang menewaskan ratusan ribu orang di seluruh dunia.

"Meskipun pembatasan dicabut, saya akan tetap tinggal (di dalam rumah)," kata seorang ilustrator Rebecca Hendin (31) kepada Independent.

Alasannya, karena ia masih cemas dengan risiko kebersihan dan fisik pada waktu normal.

Baca Juga: Ramai Pemudik Tiba di Pelabuhan, Warganet: Pembatasan Sosial Bohong Besar

"Jadi bagi saya, virus corona telah memberi saya tingkat kecemasan selanjutnya. Jadi saya cukup banyak tinggal di dalam sampai selesai, bahkan jika itu berarti untuk waktu yang sangat lama," sambungnya.

Ilustrasi cemas atau khawatir [Shutterstock]
Ilustrasi cemas atau khawatir [Shutterstock]

Rebecca bukan satu-satunya orang yang akan merasakan hal ini.

Sebuah survei Ipsos Mori yang terbit pada 1 Mei menemukan lebih dari 60% warga Inggris merasa tidak nyaman dengan gagasan untuk pergi ke restoran, pertujukan, acara olahraga, atau menggunakan transportasi umum ketika lockdown dicabut.

Kurang dari setengahnya (49%) dari mereka yang saat ini bekerja, mereka nyaman untuk kembali bekerja.

Kecemasan untuk kembali hidup setelah lockdown membentuk bagian dari kondisi psikologis yang lebih luas, yang dikenal sebagai 're-entry anxiety', kata Marc Hekster, konsultan psikolog di The Summit Clinic di London.

Baca Juga: Thailand Longgarkan Pembatasan, Warga Tumpah Ruah di Mal

"Ini adalah ketakutan akan hal yang tidak diketahui dan hilangnya periode keamanan yang diciptakan oleh penguncian paksa di rumah kita," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI