Obrolan netral semacam ini sebenarnya membantu kita membangun persahabatan, komunitas, atau mempelajari informasi yang vital untuk memiliki kehidupan sosial, kata Megan Robbins, seorang profesor psikologi UC Riverside.
"Anda dapat menjalin hubungan dengan berbicara tentang orang lain dan mencari tahu sesuatu tentang orang lain dalam kelompok," sambungnya.
"Bahkan, untuk jenis gosip yang evaluatif, Anda mengatakan, 'Saya mempercayai Anda dengan informasi ini'," lanjutnya.
Meskipun bergosip sering distereotipkan sebagai hobi feminin, kelas rendah atau tidak berpendidikan, tapi faktanya, Robbins mengatakan semua orang melakukannya.
Baca Juga: Batalkah Puasa Jika Telanjur Ghibah atau Bergosip?
"Data kami menghilangkan prasangka semua stereotip. Sebagai spesies sosial, kita harus berbicara tentang orang-orang. Kita tidak hidup sendirian, dan kita berbicara tentang orang-orang yang terkadang tidak ada," jelasnya.
Namun, praktik ini menjadi sangat berbahaya ketika tidak memberikan kesempatan untuk pembelajaran sosial, kata ilmuwan. Misalnya, berkomentar kasar tentang penampilan atau kesehatan seseorang dan memberikan komentar yang sebenarnya tidak benar.
Gosip yang menghakimi atau negatif yang dinilai dapat bermanfaat adalah ketika itu memberikan pembelajaran budaya dan memaksa orang untuk berperilaku lebih baik.
Robbins mengatakan ada penelitian yang meyakinkan bahwa gosip bisa berfungsi sebagai pemeriksaan terhadap perilaku moral orang lain, sebab kita peduli dengan reputasi diri sendiri dan risiko orang lain bergosip tentang keputusan buruk kita.
"Berbagi gosip dengan seseorang adalah mekanisme ikatan. Itu memang meningkatkan moral," jelas McAndrews.