Salip Inggris, Kini Rusia Peringkat Ketiga Kasus Covid-19 Terbanyak

Rabu, 13 Mei 2020 | 21:57 WIB
Salip Inggris, Kini Rusia Peringkat Ketiga Kasus Covid-19 Terbanyak
Rusia mengalami peningkatan kasus virus corona yang sangat tinggi. (Anadolu Agency/Sefa Karacan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salip Inggris, Kini Rusia Peringkat Ketiga Kasus Covid-19 Terbanyak

Rusia mengejutkan dunia dengan menempati nomor ketiga kasus terbanyak di dunia, menyalip Inggris dan Italia.

Berdasarkan data worldometers.info pada Rabu (13/5/2020), tercatat kasus di Rusia mencapai 232.243 total kasus. Jumlah ini berada di bawah jumlah kasus Spanyol yakni 269.520 dan Amerika Serikat dengan total kasus 1.408.636.

Dalam kurun waktu 24 jam, negara ini telah melaporkan 10.899 kasus infeksi, selama sepuluh hari berturut-turut jumlahnya terus di atas 10 ribu kasus.

Baca Juga: Rahasia Cantik Han So Hee, Pelakor di Drama A World of Married Couple

Tenaga medis menangani virus corona di Rusia. [Yuri KADOBNOV / AFP]
Tenaga medis menangani virus corona di Rusia. [Yuri KADOBNOV / AFP]

Salah satunya adalah juru bicara Presiden Rusia, Dmitry Peskov, yang dilaporkan positif virus corona. Ia adalah publik figur tertinggi kedua setelah Perdana Menteri Mikhail Mishustin yang terserang penyakit tersebut.

Berita ini muncul setelah Presiden Putin melonggarkan lockdown di negara tersebut.

Ia mengumumkan pada Senin lalu bahwa lockdown selama enam minggu ini telah usai. Di hari Selasa berikutnya, banyak warga Rusia sudah mulai kembali bekerja.

Wabah ini masih jauh dari kata selesai, kata Putin memperingatkan. Ia menambahkan bahwa masih banyak bahaya yang beredar.

Akan tetapi semua sektor ekonomi harus mulai kembali, walau otoritas setempat mengatakan bisa memberlakukan pembatasan yang lebih ketat jika dibutuhkan untuk mengatasi penyebaran virus.

Baca Juga: Anak-anak Pasien Covid-19 Bisa Sama Parahnya dengan Kelompok Usia Lain

Di sisi lain, jumlah kematian di Rusia tergolong rendah, yakni hanya 2.116 jiwa. Pihak pemerintah menyebut hal ini disebabkan program tes massal yang diberlakukan, namun banyak yang menduga bahwa jumlahnya pasti lebih banyak dari yang diberitakan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI