Suara.com - Puasa Jadi Momen Tepat Buang Racun dari Tubuh, Ini Cara Melakukannya
Di bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan berpuasa selama kurang lebih 14 jam. Menurut ahli, momen puasa Ramadan juga bisa dimanfaatkan untuk membuang racun dari tubuh, alias melakukan detoksifikasi.
Detoksifikasi dapat membantu melindungi tubuh dari penyakit dan memperbaharui kemampuan organ-organ tubuh Anda untuk menjaga kesehatan yang optimal.
"Hampir setiap saat tubuh kita terpapar oleh beragam racun, baik yang dihasilkan dari tubuh sendiri, dari lingkungan sekitar (polusi udara), maupun dari pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat misalnya konsumsi makanan yang diolah berlebihan, junk food, konsumsi alkohol" ungkap Nourmatania Istiftiani dari FibreFirst, dalam siaran pers yang diterima Suara.com.
Baca Juga: Punya 5 Manfaat Menakjubkan! Yuk Mengenal Autofagi, Detoks Tubuh Saat Puasa
Secara alami, tubuh manusia sebenarnya telah memiliki perlindungan sendiri dalam membuang racun-racun dalam tubuh. Organ detoksifikasi utama antara lain hati, ginjal, usus dan sistem pencernaan, serta kulit. Lalu, bagaimana puasa dapat membantu detoks? Saat berpuasa, tubuh tidak mendapat asupan makanan atau kalori lebih dari 12 jam dan proses peningkatan lemak akan meningkat.
Simpanan karbohidrat di tubuh berkurang, jadi tubuh akan mengubah lemak menjadi energi untuk memulihkan aktivitas kita selama berpuasa. Racun yang ada di dalam tubuh akan disimpan ke dalam sel lemak. Jadi kompilasi lemak meningkat karena berpuasa, racun-racun yang disimpan dalam lemak juga akan dipecah dan dikeluarkan dari tubuh.
Saat kita berpuasa dan jumlah makanan yang masuk ke tubuh kita, sel di dalam tubuh kita akan mendapatkan asupan kalori yang lebih sedikit, sehingga sel harus bekerja lebih efisien. Sel-sel tubuh akan mengeluarkan komponen yang tidak diperlukan dan bagian sel yang sudah rusak, atau mendaur ulang zat-zat tersebut menjadi bagian sel yang masih diproses dengan baik.
Sayangnya, kompilasi pola makan dan pilihan makanan selama berpuasa sebaliknya lebih banyak yang tidak sehat, rendah gizi, tinggi lemak dan kolesterol, lebih banyak konsumsi makanan olahan atau instan dengan tambahan bahan pengawet, dan antioksidan rendah, akan menyebabkan penumpukan memutar dalam sel-sel tubuh.
Status gizi akan mempengaruhi tubuh untuk memproduksi antibodi dan enzim, serta kemampuan hati untuk melakukan detoksifikasi. Sementara konsumsi fitokimia tertentu membantu detoksifikasi lebih optimal. Kurang konsumsi serat juga menimbulkan konstipasi meningkat hingga tiga kali lipat selama berpuasa. Kondisi ini menyebabkan pergerakan usus dan perpindahan lemak lebih banyak.
Baca Juga: Detoks Media Sosial Bisa Perbaiki Hubungan Percintaan, Benarkah?
Jangan lupa untuk tetap memperhatikan asupan makanan yang sehat dan baik selama berpuasa, termasuk asupan serat. Untuk membantu memenuhi asupan serat, kita dapat mengonsumsi suplemen kaya serat seperti FibreFirst.
FibreFirst adalah suplemen kesehatan yang kaya serat premium dan nutrisi dari ekstrak buah dan sayuran. Konsumsi satu saset FibreFirst setelah makan besar atau makan utama di waktu berbuka puasa, dapat membantu sistem pencernaan melakukan detoks dengan optimal. Kandungan serat premium dan nutrisi dari ekstrak buah & sayuran dalam FibreFirst bermanfaat untuk kesehatan sistem pencernaan.
"Racun dalam hidup kita bisa berupa kebiasaan buruk seperti perbuatan dan ucapan yang tidak baik, alangkah baiknya jika tiba saatnya berlebaran nanti diri kita bersih dari racun-racun tersebut. Namun akan lebih baik lagi jika racun dalam tubuh juga ikut bersih, konsumsi FibreFirst untuk optimalkan detoks buang racun," kata Aldi Herlambang selaku Public Relations dari FibreFirst.