Psikolog Sebut Wabah Covid-19 Tingkatkan Risiko PTSD selama di Rumah Aja!

Rabu, 13 Mei 2020 | 14:51 WIB
Psikolog Sebut Wabah Covid-19 Tingkatkan Risiko PTSD selama di Rumah Aja!
Ilustrasi kesehatan mental. (Unsplash/Nik Shuliahin)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi virus corona Covid-19 juga meningkatkan kasus kekerasan selama semua orang diminta tetap bertahan di rumah aja. Kondisi ini tentunya bisa meningkatkan risiko banyak orang mengalami PTSD (gangguan stres pasca-trauma).

Salah satunya, Ariel, seorang warga Amerika Serikat keturunan China yang berhasil lolos dari kekerasan rumah tangga selama pandemi virus corona Covid-19.

Tingkat rasisme terhadap warga sipil China di tengah pandemi virus ini telah meningkatkan kasus kekerasan dalam rumah tangga, seperti yang dialami Ariel.

Ariel sudah didiagnosis menderita PTSD sejak 3 tahun lalu. Tetapi, Ariel berhasil bangkit dari kondisinya itu dengan berinteraksi sosial untuk mengatasi kecemasannya.

Baca Juga: Cara Ini Bisa Lindungi Bayi dan Balita dari Virus dan Bakteri Jahat

"Sekarang kita harus tetap di dalam rumah dan karantina mandiri, jadi cara biasanya saya melawan trauma sudah hilang. Saya menjadi takut keluar rumah karena takut diserang orang di sekitar," ujar Ariel dikutip dari Health.

Sama halnya dengan Ariel, semua orang yang sebelumnya tidak memiliki PTSD bisa mengalaminya selama pandemi virus corona Covid-19 sekarang ini.

Ilustrasi trauma (Pixabay/Free-Photos)
Ilustrasi trauma (Pixabay/Free-Photos)

Semua orang rentang mengalami masalah kesehatan mental PTSD dalam jangka panjang akibat jarak sosial, trauma terhadap peristiwa global yang belum pernah terjadi, ancaman virus, dampak pandemi pada ekonomi hingga beban hidup yang dirasakan selama pandemi.

Meskipun gangguan mental PTSD pada setiap orang berbeda, ada tanda-tanda tertentu yang perlu diwaspadai.

Annie Miller, seorang psikoterapis di Washington DC mengatakan PTSD adalah serangakan gejala yang diakibatkan oleh trauma dan bisa sangat menyulitkan. Gejala PTSD termasuk kecemasan, sulit tidur, mimpi buruk, kurang konsentrasi, pikiran negatif dan mudah kaget.

Baca Juga: Geger! 4 Keluarga Positif Virus Corona Setelah Buka Puasa Bersama

"Orang dengan PTSD sering merasa gelisah dan waspada berlebihan yang menyebabkan lekas marah, ketidakmampuan bersantai dan masalah tidur," kata Miller.

Ilustrasi korban kekerasan. (Shutterstock)
Ilustrasi korban kekerasan. (Shutterstock)

Allie, seorang pekerja sosial di klinik dialisis rawat jalan di New York City percaya bahwa PTSD bisa ditangani dengan baik oleh seorang terapis. Tetapi, ia mengetahui bahwa PTSD selama pandemi virus corona Covid-19 adalah jenis trauma yang berbeda.

Apalagi pandemi virus corona Covid-19 menghadapkan semua orang pada ketidakpastian hidup sekarang, serangan rasis, kekurangan alat medis untuk penanganan hingga banyaknya orang meninggal.

Meskipun petugas medis memiliki risiko lebih tinggi mengalami PTSD, tapi orang yang berada di rumah aja juga rentan terhadap efek trauma ketika mengalami perubahan pada rutinitas normal, kehilangan pekerjaan hingga ketakutan bila tertular virus.

"Kekhawatiran berlebih pada kondisi kesehatan orang yang dicintainya, paparan informasi terus-menerus juga merupakan pemicu seseorang mengembangkan gejala pasca-trauma," kata Miller.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI