Pasokan Minim, Dokter AS Harus Pilih Mana Pasien yang Diberikan Remdesivir

Rabu, 13 Mei 2020 | 10:51 WIB
Pasokan Minim, Dokter AS Harus Pilih Mana Pasien yang Diberikan Remdesivir
Remdesivir, salah satu obat yang dianggap potensial menyembuhkan Covid-19.[Reuters]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jika para dokter di Italia harus memilih pasien Covid-19 mana yang diselamatkan dan dibiarkan meninggal, maka para dokter di Amerika Serikat menghadapi keputusan sulit lain. Mereka harus menjatah remdesivir pada pasien terkait terbatasnya pasokan obat eksperimental terbukti efektif melawan virus itu.

"Kami sebenarnya, pada akhirnya memiliki cukup ventilator," kata Dr. Rochelle Walensky, kepala penyakit menular di Rumah Sakit Umum Massachusetts pada CNN.

“Tetapi kita tahu dosis remdesivir yang akan kita dapatkan tidak akan cukup untuk mengobati setiap pasien yang kita miliki di rumah sakit sekarang dan pasien tetap akan datang selama beberapa minggu ke depan,” tambahnya.

Dilansir dari CNN, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memberi otorisasi remdesivir untuk penggunaan darurat awal Mei.

Menurut pembuat obat Gilead Sciences, hanya ada 100.000 hingga 200.000 pasien remdesivir, sekitar 40 persen dari pasokan saat ini telah dicadangkan untuk AS.

Ilustrasi seorang staf medis dan pasien [Antara/Reuters/Flavio Loscalzo]
Ilustrasi seorang staf medis dan pasien [Antara/Reuters/Flavio Loscalzo]

Pekan lalu, pemerintah mulai mendistribusikan botol-botol remdesivir langsung ke beberapa rumah sakit, tetapi tidak jelas mengapa beberapa menerima obat sementara yang lain tidak menerima apa pun.

Setelah dokter menyatakan kemarahannya, HHS kembali ke rencana semula dan memutuskan untuk memberikan remdesivir ke departemen kesehatan negara bagian untuk dikelola.

Tetapi ketika obat itu masuk ke rumah sakit, dokter bergulat dengan cara menjatah beberapa botol yang mereka dapatkan. Para dokter masih belum mendapatkan panduan penggunaan dan aturan etika dokter.

"Ini adalah pekerjaan yang sedang terjadi sebelum kami menerima obat," kata Walensky.

Baca Juga: Jokowi Berharap Pembagian Bansos Jangkau 55 Persen Penduduk Indonesia

Dua bulan lalu, ahli etika kedokteran menggunakan pendekatan yang sama untuk mengalokasikan ventilator. Namun, tidak seperti ventilator, remdesivir bukanlah obat jaminan yang menyelamatkan jiwa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI