Hari Perawat Internasional: Akhirnya Diperhatikan di Tengah Pandemi Corona

Selasa, 12 Mei 2020 | 14:37 WIB
Hari Perawat Internasional: Akhirnya Diperhatikan di Tengah Pandemi Corona
Ilustrasi perawat (Pexels/skeeze)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebelum pandemi Covid-19 ada, apakah Anda memperhatikan bahwa setiap 12 Mei adalah Hari Perawat Internasional?

Seperti profesi lainnya, perawat juga menjadi salah satu bidang pekerjaan yang jasanya sangat dibutuhkan semua orang. Terutama di tengah pandemi Covid-19 seperti ini.

Namun ternyata, pekerjaan mereka baru mulai 'dilirik' sejak wabah virus corona merebak. Setidaknya, inilah yang dikatakan oleh seorang perawat senior Belinda Clough, yang sekarang menjadi spesialis pendidikan klinis di Sekolah Perawat dan Kebiadanan Susan Wakil di Universitas Sydney.

Berbicara kepada Abc.net.au, Clough menceritakan bagaimana rekan-rekan perawatnya berjuang melawan Covid-19.

Baca Juga: COVID-19 dan Migrasi Ruang Digital

"Saya juga telah melihat beragam reaksi terhadap tanggapan publik dari perawat secara lebih luas, yaitu kebanggaan luar biasa diwarnai dengan kekecewaan dan kemarahan," kisahnya.

Seorang staf medis dengan pakaian pelindung terlihat di depan seorang pasien dengan penyakit virus Corona Covid-19 di dalam sebuah unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakit San Raffaele, Milan, Italia, Jumat (27/3/2020). [Antara/Reuters/Flavio Loscalzo]
Seorang staf medis dengan pakaian pelindung terlihat di depan seorang pasien dengan penyakit virus Corona Covid-19 di dalam sebuah unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakit San Raffaele, Milan, Italia, Jumat (27/3/2020). [Antara/Reuters/Flavio Loscalzo]

Clough mengatakan mereka merasa bangga lantaran perawat akhirnya mendapat pengakuan yang layak diterima. Pekerjaan perawat yang sering disembunyikan telah terungkap.

"Kami bangga dengan kerja keras kolektif kami, belas kasih, profesionalisme, humor yang baik, dan ketahanan dalam situasi yang paling sulit."

Menurut Clough, persahabatan antara perawat juga paling jelas saat di masa-masa sulit.

"Sungguh menggembirakan menyaksikan para perawat mendukung satu sama lain dan berbagi pengetahuan baru ketika penelitian Covid-19 muncul, juga strategi mengatasi dan saran tentang bagaimana terus membangun hubungan yang baik dengan pasien Anda, terutama ketika mereka tidak dapat melihat wajah Anda karena terlalu banyak APD."

Baca Juga: Petugas Bandara Italia Pakai Helm Canggih Untuk Deteksi Suhu Covid-19

Perawat telah belajar untuk tidak mengharapkan penghargaan untuk hal-hal seperti ini, sebab, mereka tahu apa yang harus dihadapi saat terjun dalam profesi ini, katanya.

Tetapi diwarnai dengan kemarahan

Clough mengingatkan, meski mereka bangga dan senang, pekerjaan ini juga tetap diwarnai dengan kekecewaan dan kemarahan.

"Di antara semua itu, ada banyak laporan tentang perawat (memakai) scrub yang dilecehkan di depan umum, menimbulkan pertanyaan tentang apakah perawat telah menjadi 'pahlawan dari kejauhan tetapi kusta dari jarak dekat' karena paparan mereka."

"Kadang-kadang, sebagian dari kami hancur: kami merasa putus asa, kami menangis karena merasa tidak berdaya ketika kondisi pasien kami tidak membaik," tutur Paolo tentang dia dan rekan-rekan kerjanya. [Paolo Miranda/BBC]
"Kadang-kadang, sebagian dari kami hancur: kami merasa putus asa, kami menangis karena merasa tidak berdaya ketika kondisi pasien kami tidak membaik," tutur Paolo tentang dia dan rekan-rekan kerjanya. [Paolo Miranda/BBC]

Perawat memahami, mungkin lebih dari sebagian besar profesi, kata Clough, sejauh mana ketakutan dapat menyebabkan kemarahan yang salah arah dan sering kali menjadi pelecehan.

"Yang paling memprihatinkan, perawat dan petugas kesehatan lainnya kehilangan peralatan perlindungan pribadi yang penting karena kekurangan pasokan, dan di beberapa bagian dunia mereka telah meninggal karena virus corona."

Pada skala yang lebih luas selama krisis ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merilis laporan State of Nursing 2020 mereka.

Dalam laporan tersebut, secara global tenaga kerja perawat mengalami kekurangan hingga 5,9 juta, dengan kebutuhan untuk meningkatkan jumlah lulusan perawat sebesar 8% per tahun, situasi yang berpotensi menghancurkan jika pandemi lain muncul.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI