Peneliti Duga Virus HEV Tikus Sudah Ada Sejak Lama, ini Saran Pencegahannya

Selasa, 12 Mei 2020 | 12:01 WIB
Peneliti Duga Virus HEV Tikus Sudah Ada Sejak Lama, ini Saran Pencegahannya
Ilustrasi tikus. [Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak 12 orang di Hong Kong telah terinfeksi virus HEV atau Hepatitis E baru dari tikus yang menular ke manusia. Para ahli penyakit menular di Universitas Hong Kong menemukan kasus pertama pada 2018 lalu.

Kasus baru terjadi pada 30 April 2020 lalu, ketika seorang pria 61 tahun dirawat di rumah sakit karena fungsi hati yang tidak normal akibat virus HEV.

Tim peneliti dan pemerintah kota sudah berusaha untuk memahami ancaman kesehatan baru ini sejak 2018 silam.

Mereka telah membuat beberapa kemajuan, salah satunya dengan meningkatkan tes diagnostik. Mereka juga sudah menyebarkan kesadaran di antara sektor perawatan kesehatan supaya dokter menguji HEV tikus dan mengampanyekan kesadaran publik.

Baca Juga: Ditemukan Virus Hepatitis E Baru, dari Tikus Menular ke Manusia

Sedangkan dilansir oleh CNN, para ilmuwan sedang berusaha menguji populasi tikus yang membawa HEV di seluruh kota untuk mengidentifikasi sebelum melompat ke manusia.

Tujuan penelitian ini untuk mencari tahu banyaknya tikus yang membawa HEV dan daerah mana dengan tikus terbanyak.

Ilustrasi tikus hutan. (unsplash)
Ilustrasi tikus hutan. (unsplash)

Namun, peneliti belum mengetahui lamanya masa inkubasi virus HEV dari tikus ini. Mereka juga masih berusaha untuk menemukan pengobatan yang tepat.

Karena, obat yang digunakan untuk mengobati varian manusia dari hepatitis E memiliki hasil beragam pada pasien dengan HEV tikus.

Selain itu, ilmuwan juga belum mengetahui cara virus HEV tikus melompat ke manusia, sehingga masih sulit untuk melakukan tindakan pencegahan.

Baca Juga: Mengenal 7 Klaster Penyebaran Corona Covid-19 di Indonesia

"Yang kami tahu kalau tikus di Hong Kong membawa virus dan kami menguji manusia lalu menemukan virusnya. Tapi, kami tidak tahu proses penularannya, baik melalui pencemaran makanan, berpindah ke hewan lain atau sebagainya," kata r. Siddharth Sridhar, seorang ahli mikrobiologi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI