Obat Maag Disebut Bisa Turunkan Risiko Kematian Akibat Covid-19

Selasa, 12 Mei 2020 | 07:32 WIB
Obat Maag  Disebut Bisa Turunkan Risiko Kematian Akibat Covid-19
Ilustrasi obat Covid-19. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasien yang menggunakan obat sakit maag biasa saat dirawat di rumah sakit untuk Covid-19 memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk bertahan dari infeksi. Meskipun begitu penelitian lebih lanjut disebut masih diperlukan.

"Berdasarkan apa yang telah kami pelajari dalam penelitian ini, ini melegakan hati," kata Dr. Joseph Conigliaro dokter di Northwell Health pada CNN.

Dilansir dari CNN, obat tersebut adalah famotidine yang telah beredar di pasaran selama hampir 40 tahun dan merupakan bahan aktif dalam pengobatan mulas atau maag dan dijual bebas di pasaran.

Di antara 1.536 pasien dalam penelitian yang tidak menggunakan famotidine, 332 atau 22 persen, meninggal atau diintubasi dan memakai ventilator.

Baca Juga: Gelombang Kedua Corona Mengancam, Kilau Emas Memudar

Sementara 84 pasien yang menggunakan famotidine, 8 atau 10 persen meninggal atau memakai ventilator.

"Dibandingkan dengan pasien lainnya, mereka yang menerima famotidine memiliki risiko lebih rendah 2 kali lipat mengalami kematian atau diintubasi," menurut sebuah pernyataan oleh penulis studi di Columbia University Irving Medical Center.

Para pasien yang menggunakan famotidine memulai obat dalam waktu 24 jam setelah dirawat di rumah sakit. Beberapa meminumnya secara oral dan sebagian secara intravena dengan dosis yang bervariasi.

"Belum jelas mengapa pasien yang menerima famotidine memiliki hasil yang lebih baik," tulis para penulis dalam pernyataan mereka.

"Ini hanya sebuah asosiasi dan temuan ini tidak boleh diartikan sebagai famotidine yang meningkatkan hasil pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit," tambah mereka.

Baca Juga: Awas, PSBB Malang Raya Mulai Berlaku Hari Ini

Ilustrasi obat. (Pixabay)
Ilustrasi obat. (Pixabay)

Studi ini dipublikasikan di medrxiv.org, server pracetak yang didirikan oleh Universitas Yale, jurnal medis BMJ, dan Cold Spring Harbor Laboratory di New York.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI