Suka Makanan Manis? Hati-hati Bisa Jadi Tanda Awal Demensia

Senin, 11 Mei 2020 | 18:43 WIB
Suka Makanan Manis? Hati-hati Bisa Jadi Tanda Awal Demensia
Ilustrasi penyakit demensia (foto: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Suka Makanan Manis? Hati-hati Bisa Jadi Tanda Awal Demensia

Demensia merupakan istilah payung untuk mendiskripsikan gangguan neurologis progresif. Ada lebih dari 200 subtipe demensia yang berbeda dengan subtipe paling umum adalah Alzheimer.

Ternyata, gangguan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk dan bisa ditandai dengan perubahan preferensi makanan. Biasanya dipengaruhi dari bagian otak mana yang terserang gangguan ini.

Dilansir Express, banyak orang dengan demensia frontotemporal mengalami sejumlah perilaku tak biasa yang mereka sadari. Seringkali ditandai dengan mendadak menyukai makanan manis dan pola makan yang buruk.

Baca Juga: Perihal Prosesi Perceraian, Limbad Dinilai Tidak Adil pada Istri Ke-2

Gejala perilaku lainnya antara lain:

- Jadi lebih tidak sensitif atau kasar
- Bertindak impulsif atau gegabah
- Tampak tenang
- Tak ada hambatan
- Kehilangan minat pada orang-orang dan benda
- Kehilangan dorongan dan motivasi
- Ketidakmampuan untuk berempati dengan orang lain, tampak dingin dan egois
- Muncul perilaku berulang seperti bersiul, menggosok-gosok tangan, mengetuk-ngetukkan kaki atau rutinitas seperti berjalan melalui rute yang sama persis secara berulang-ulang
- Makan, minum alkohol, dan/atau merokok secara kompulsif
- Mengabaikan kebersihan diri

Seiring berkembangnya penyakit tersebut, pengidap demensia frontotemporal mungkin mengisolasi diri dari dunia sosial dan menarik diri.

Hingga kini belum ada obat atau penanganan yang diketahui dapat mencegah penyakit ini, namun ada intervensi gaya hidup yang terbukti dapat memperlambat onset sindrom tersebut.

Hal ini terbukti dalam sebuah studi yang melihat adanya perbedaan signifikan penyakit tersebut antara orang yang paling aktif secara fisik dan mental.

Baca Juga: Limbad Ogah Tanggapi Prosesi Perceraiannya dengan Istri Kedua

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyakit ini 55 persen lebih lambat dalam 25 persen orang yang lebih aktif dibanding dengan lima persen perserta yang tidak aktif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI