Kisah Pasien OCD, 20 Tahun Lebih Bersiap Hadapi Pandemi Seperti Sekarang

Senin, 11 Mei 2020 | 16:45 WIB
Kisah Pasien OCD, 20 Tahun Lebih Bersiap Hadapi Pandemi Seperti Sekarang
Obsessive Compulsive Disorder (OCD), masalah kejiwaan yang muncul di video games Picturesque. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Saya beruntung memiliki orangtua yang menerima dan mendukung. Mereka selalu mendengarkan dengan simpatik dan mengarahkan pada pelayanan kesehatan mental. Saya menjalani terapi juga diresepkan obat anti-depresi, yang saya bawa sampai hari ini," tuturnya.

Segala perawatan itu dan diagnosis OCD telah ia anggap menjadi bagian dari kehidupan normalnya. Namun OCD dan segala perawatannya mulai terasa mengganggu ketika Goffin berusia remaja dan awal 20-an. 

Usai pulang sekolah menengah hingga universitas, Goffin lebih peduli membersihkan kuman-kuman disekitarnya daripada belajar. Ia bahkan pernah begadang semalaman untuk berkali-kali mencuci pakaian yang sama. 

Ilustrasi social distancing. (Shutterstock)
Ilustrasi social distancing. (Shutterstock)

Ia juga selalu mengupayakan menjaga jarak dengan teman-temannya. Selain karena khawatir dengan kontaminasi kuman, Goffin takut jika teman-temannya tahu tentang OCD-nya.  

Baca Juga: Kocak! Bertemu Bupati Klaten, Mbah Minto Bawa HT dan Keluarkan Meteran

Dalam lima tahun terakhir barulah Goffin  bisa mengusai perasaan kecemasan dari OCD yang dideritanya.

"Saya menjadi lebih rajin menghadapi dan melawan ketakutan saya. Saya berusaha keras untuk membedakan antara kekhawatiran yang membantu dan kekhawatiran yang tidak perlu atau berlebihan," tuturnya.

Menurut Goffin, banyak orang yang juga memiliki masalah kesehatan dengan kuman sebelumnya tidak terlalu khawatir selama pandemi. Sebab tindakan pencegahan yang dianjurkan telah menjadi kebiasaan mereka sehari-hari, yang justru lebih harus dilakukan adalah belajar untuk mengelola stres tinggi secara teratur.

"Seperti yang telah saya pelajari dari bertahun-tahun pemeriksaan diri dan beberapa kali terapi, kecemasan dapat dikendalikan," ucapnya.

Goffin membiasakan diri berbicara tentang perasaannya kepada orang yang dipercayainya. Hal itu mampu membuatnya sedikit lebih tenang dan mampu mengontrol kecemasa.

Baca Juga: Tiba di Jakarta, 42 ABK MV Vikin Orion Akan Jalani Karantina di Hotel

Sejak di Kanada, Goffin melakukan Cognitive Behavioral Therapy dan melanjutkannya saat pindah ke Inggris. Menurutnya, tujuan dari konseling jangka panjang itu untuk membantu pasien untuk mengontrol pemikiran dan tindakan yang berbahaya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI