Masa Isolasi Mandiri, Kenapa Orang Mudah Marah Selama di Rumah Aja?

Senin, 11 Mei 2020 | 12:00 WIB
Masa Isolasi Mandiri, Kenapa Orang Mudah Marah Selama di Rumah Aja?
ilustrasi perempuan marah, kesal
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masa di rumah aja untuk isolasi mandiri selama wabah virus corona Covid-19 telah mengubah suasana hati orang. Banyak orang mungkin merasa leboh emosional selama di rumah aja.

Emosi yang tak beraturan ini sangat normal terjadi. Karena, seseorang merasa rutinitasnya sehari-hari telah direnggut oleh keadaaan. Di sisi lain, mereka juga mengkhawatirkan diri sendiri maupun orang yang dicintainya akibat virus.

Parahnya lagi, banyak orang yang juga terjebak di ruang kecil, sendirian dan akibatnya kesepian. Tapi, orang yang di rumah aja bersama teman, pasangan atau keluarga mungkin mengalami kondisi yang sedikit berbeda.

Jika Anda merasa marah karena sesuatu yang tanpa alasan, tidak bisa mengontrol rasa frustasi akibat keadaan sekarang atau lebih sering menyerang orang lain. Ketahuilah bahwa itu semua dialami oleh banyak orang selama pandemi.

Baca Juga: Perilaku Konsumtif vs Produktif Saat Pandemi

"Saya marah selama 2 hari terakhir. Kemudian kemarin saya mengalami kehancuran total. Saya masih berlinang mata hari ini dan kupikir semua itu hanyalah penumpukan dari semua keadaan sekarang," ujar seorang wanita yang tak ingin namanya disebutkan, dikutip dari metro.co.uk.

Ilustrasi Isolasi Mandiri (Shutterstock)
Ilustrasi Isolasi Mandiri (Shutterstock)

Meski begitu, Saj Devshi, seorang ahli terapi perilaku kognitif justru memiliki pemahaman yang berbeda. Saj Devshi mengatakan kemarahan itu terkait dengan tingkat gairah seseorang.

Jika Anda membayangkan memiliki tingkat gairah seperti tangki air yang terus-menerus diisi. Pada akhirnya, pengisian tangki air itu mencapai titik maksimal hingga meluap-luap. Saat itulah orang mulai menunjukkan kemarahan dan frustasinya.

"Dalam kondisi normal, kami memiliki banyak hal untuk mengurangi dan menurunkan emosional ini, sepert bersosialisasi, jumpa teman, olahraga teratur, melakukan hobi dan mengubah pandangan melalui pekerjaan," jelasnya Saj Devshi.

Menurutnya, semua hal itu bisa membantu seseorang menurunkan gairahnya dan mengendalikan tingkat kemarahan secara pasif.

Baca Juga: Sebulan Bebas Virus, Wuhan Kembali Laporkan Kasus Corona Covid-19 Baru!

Namun, tekanan tambahan seperti ketidakpastian suatu pekerjaan justru akan menciptakan kecemasan, ketakutan dan frustasi yang menambah gairah dan meluapkan amarah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI