Suara.com - Beberapa orang kerap mengalami fobia (phobia) atau rasa takut berlebihan yang bagi orang lain tak wajar. Objek ketakutan itu bisa dari tempat, situasi, atau benda tertentu.
Tidak seperti gangguan kecemasan pada umumnya, fobia biasanya terhubung dengan sesuatu yang spesifik.
Orang dengan fobia sering menyadari bahwa ketakutan mereka tidak rasional, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa.
Ketakutan semacam itu dapat mengganggu pekerjaan, sekolah, dan hubungan pribadi.
Baca Juga: Wow! 5 Zodiak Ini Bakal Ketemu Jodoh di Bulan Mei
Melansir dari situs healthline, faktor genetik dan lingkungan dapat menyebabkan fobia.
Anak-anak yang memiliki hubungan darah dengan orangtua gangguan kecemasan berisiko terkena fobia.
Selain itu pengalaman menyedihkan, seperti hampir tenggelam, juga dapat menimbulkan fobia.
Orang dengan kondisi medis berkelanjutan atau masalah kesehatan sering mengalami fobia. Ada insiden tinggi orang yang mengalami fobia setelah cedera otak traumatis, penyalahgunaan zat natkotika dan depresi.
Fobia (phobia) memiliki gejala yang berbeda dari penyakit mental serius seperti skizofrenia.
Baca Juga: Ini 4 Produk Paling Dicari di Situs Belanja Online Selama Ramadan
Pada skizofrenia, orang mengalami halusinasi visual dan pendengaran, delusi, paranoia, gejala negatif seperti anhedonia, dan gejala tidak teratur.
Fobia mungkin tidak rasional, tetapi orang dengan fobia tidak akan mengalami halusinasi apa pun.
Di luar itu, seperti faktor usia, status sosial ekonomi, dan jenis kelamin hanya menjadi faktor risiko untuk fobia tertentu. Contohnya, wanita lebih cenderung memiliki fobia hewan. Anak-anak atau orang dengan status sosial ekonomi rendah lebih mungkin untuk mengalami fobia sosial. Pria merupakan mayoritas dari mereka yang menderita fobia dokter gigi.
Secara umum, gejala fobia ditunjukan dengan jantung berdebar, sesak napas, bicara cepat atau tidak mampu berbicara, mulut kering, sakit perut, mual, tekanan darah tinggi, gemetar atau bergetar, nyeri dada atau sesak, pusing, dan berkeringat.
Meski begitu, seseorang dengan fobia tidak harus mengalami serangan panik untuk mendapat diagnosis yang akurat.
Pada tingkat tertentu fobia bisa menganggu aktivitas sehari-sehari. Jika Anda ingin menghilangkan fobia bisa teknik terapi, obat-obatan, atau kombinasi keduanya.
Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah pengobatan terapeutik yang paling umum digunakan untuk fobia. Terapi itu melibatkan paparan sumber ketakutan dalam pengaturan yang terkendali. Dampaknya dapat membebani orang dan mengurangi kecemasan.
Terapi ini berfokus pada mengidentifikasi dan mengubah pikiran negatif, keyakinan disfungsional, dan reaksi negatif terhadap situasi fobia.
Sedangkan pengobatan dengan obat antidepresan dan anti-kecemasan dapat membantu menenangkan reaksi emosional dan fisik terhadap rasa takut.
Seringkali, kombinasi pengobatan dan terapi profesional adalah yang paling bermanfaat.