Suara.com - Banyak orang tua telah mengenalkan anak untuk berpuasa. Sejak usia dini mereka telah diajarkan untuk berpuasa.
Puasa tentu memiliki manfaat dan dampak bagi tubuh orang yang melakukannya. Untuk anak-anak, baikmya membiasakan dan mengenalkan dimulai dengan berlatih puasa setengah hari atau selama kurang lebih 6 jam.
Menurut dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan nutrisi metabolik dari Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta, berpuasa dapat mengubah kondisi tubuh seorang anak.
Setelah berpuasa 6 jam, tubuh akan mulai memecah cadangan gula dalam tubuh (glikogen) untuk menjaga kadar gula dalam darah.
Baca Juga: Wow! 5 Zodiak Ini Bakal Ketemu Jodoh di Bulan Mei
"Apabila puasa dilanjutkan hingga mencapai 16 jam, maka perlahan cadangan glikogen akan habis," katanya, dalam rilis yang diterima Suara.com, ditulis Minggu (10/5/2020).
Tubuh kemudian akan menggunakan lemak yang ada dalam tubuh sebagai sumber energi. Protein sebagai zat pembangun tubuh akan diusahakan untuk dijaga dan merupakan komponen terakhir yang akan dipakai bila puasa terus berlanjut.
"Semakin kecil usia seorang anak, maka cadangan glikogen yang dimiliki semakin sedikit," lanjutnya.
Akibatnya, bayi dan balita lebih berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu berkurangnya kadar gula darah dalam tubuh.
Anak yang berusia di bawah usia 7 tahun merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia apabila berpuasa.
Baca Juga: Pandemi Tingkatkan Kebiasaan Belanja Online, Ternyata Ini Keuntungannya!
Selain itu, kelompok usia ini lebih rentan mengalami kekurangan cairan. Perubahan pola tidur akibat bangun sahur juga dapat berdampak pada kemampuan di sekolah. Oleh karena itu, penting untuk melihat kondisi anak sebelum mengajarkan mereka berpuasa.