Tapi, ada pula yang membelanjakan uangnya untuk video game secara impulsif, 22 persen berbelanja pakaian dan 18 persen membeli item untuk memperbaiki rumah.
![Ilustrasi belanja (shutterstock)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2016/12/28/o_1b52o1p5p1q124dppbvkud1qvba.jpg)
Berbelanja secara impulsif juga bisa dikatakan sebagai tindakan alturisme. Sedangkan seseorang melakukan bpembelian secara impulsif untuk dirinya sendiri.
Banyak orang mungkin belanja berdasarkn paksaan ketika menemukan barang-barang yang disangka akan dicari atau dinikmati banyak orang dalam kehidupan nyata.
Selain itu, sebanyak 46 persen orang juga mengaku bau mencoba memesan makanan secara online pertama kalinya sejak pandemi virus corona Covid-19.
Baca Juga: Sumber Penyebaran Covid-19 di AS Berasal dari Salon Kuku?
Sebanyak 47 persen orang mencoba layanan streaming baru dan 35 persen menjalani pelanggan sebuat aplikasi pengiriman makanan untuk pertama kalinya.
Berbelanja secara impulsif ini tidak selalu berdampak buruk. Perubahan ini bisa memberikan keuntungan, seperti seseorang berbelanja deterjen ketika barang itu masih tersedia banyak.
Sehingga barang-barang yang dibelinya akan bermanfaat cukup lama dan menekan pengeluaran yang lebih banyak jika barang-barang sudah tak tersedia lagi.