Suara.com - Sebuah studi mengklaim bahwa ada korelasi kuat antara vitamin D dan tingkat kematian akibat virus corona penyebab Covid-19.
Dilansir dari New York Post, sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Universitas Northwestern menganalisis data dari rumah sakit dan klinik di seluruh China, Prancis, Jerman, Italia, Iran, Korea Selatan, Spanyol, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat.
Pasien dari negara-negara dengan tingkat kematian Covid-19 yang tinggi, seperti Italia, Spanyol dan Inggris, memiliki tingkat vitamin D yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien di negara-negara yang tidak terpengaruh begitu parah.
Para peneliti juga menemukan korelasi kuat antara kadar vitamin D dan badai sitokin yang merupakan kondisi hiperinflamasi. Kondisi tersebut disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.
Baca Juga: Pakai Kaos Tahanan, Ferdian Paleka Minta Maaf Sambil Nangis
"Badai sitokin dapat sangat merusak paru-paru, menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut dan kematian pada pasien," kata Ali Daneshkhah dari McCormick School of Engineering Northwestern.
“Inilah (kekurangan vitamin D) yang tampaknya membunuh sebagian besar pasien Covid-19, bukan penghancuran paru-paru oleh virus itu sendiri. Ini adalah komplikasi yang salah sasaran dari sistem kekebalan tubuh,” tambahnya.
Namun, para ilmuwan juga memperingatkan agar tidak menimbun suplemen vitamin D saat pandemi.
"Meskipun saya pikir penting bagi orang untuk mengetahui bahwa kekurangan vitamin D mungkin berperan dalam kematian, kita tidak perlu memborong vitamin D," kata Vadim Backman dari Universitas Northwestern.
“Temuan ini perlu studi lebih lanjut, dan saya berharap pekerjaan kami akan merangsang minat di bidang ini. Data juga dapat menerangi mekanisme kematian, yang jika terbukti, dapat mengarah pada target terapi baru," tambahnya.
Baca Juga: DPRD Sebut Tak Hanya Pemprov DKI yang Kekurangan Uang untuk Bansos
Para ilmuwan mengatakan mereka perlu melakukan lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana vitamin D dapat digunakan untuk melindungi tubuh dari komplikasi Covid-19.