Aturan Pemberian Gula, Garam, dan Lemak pada Anak Balita. Seperti Apa?

Jum'at, 08 Mei 2020 | 18:50 WIB
Aturan Pemberian Gula, Garam, dan Lemak pada Anak Balita. Seperti Apa?
Ilustrasi anak makan permen lolipop. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masa tumbuh kembang anak balita, atau anak di bawah usia lima tahun, adalah saat paling krusial yang akan menentukan status kesehatan anak di masa depan. Itu sebabnya, sangat penting bagi Anda untuk memperhatikan asupan makanan mereka.

Pada usia balita, biasanya anak-anak sudah mengikuti pola makan yang sama dengan orangtua mereka. Apa yang orangtua mereka makan, itu juga yang akan dikonsumsi oleh anak.

Itu sebabnya, sangat penting bagi para ibu untuk memperhatikan apa yang Anda masukkan ke dalam makanan dan sajikan di meja makan. Ini termasuk penambahan gula, garam, dan MSG atau monosodium glutamat di dalam masakan.

Menurut nutrisionis dari Dancow, Eka Herdiana, mengonsumsi bumbu-bumbu seperti MSG, garam, gula, dan minyak itu harus dibatasi.

Baca Juga: Ini Cara Membiasakan Anak Makan Sehat

"Boleh dikonsumsi, tapi harus dalam batas yang wajar. Yang pasti konsumsinya tidak boleh berlebihan," jelasnya dalam Live Instagram, Jumat (8/5/2020).

Misalnya, konsumsi gula tidak boleh lebih dari 5 gram sehari, dan garam tidak boleh lebih dari 1 sendok teh per hari.

Kemudian, pastikan penggunaannya saat ditambahkan ke dalam makanan si buah hati dalam jumlah yang wajar, lanjut Eka.

Hal ini disebabkan kelebihan bumbu-bumbu pada masa-masa balita ini akan menentukan preferensi mereka pada masa dewasa kelak.

"Jadi kalau kita membiasakan dia makan yang manis-manis atau terlalu asin, kita akan membentuk preferensi mereka di masa mendatang. Jadi kalau sekarang mereka sudah menyukai yang terlalu manis, ke depannya mereka juga akan menjadi yang suka makan manis," terang Eka.

Baca Juga: Tingkatkan Nafsu Makan Anak dengan Khasiat Temulawak

Seperti yang kita ketahui, konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan bisa menyebabkan ataupun meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular, seperti obesitas, diabetes mellitus, kolesterol, atau hipertensi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI