Resistensi Antibiotik, Ancaman Berbahaya Penggunaan Obat secara Berlebihan

Jum'at, 08 Mei 2020 | 14:22 WIB
Resistensi Antibiotik, Ancaman Berbahaya Penggunaan Obat secara Berlebihan
Ilustrasi infeksi bakteri tuberkulosis. [Shuttertsock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada 1942, seorang pasien bernama Anne Miller membuat riwayat medis. Dia berada di ambang kematian karena infeksi bakteri di dalam darahnya, yang disebut septikemia, ketika dokter mengobatinya dengan obat baru, penisilin.

Penisilin merupakan antibiotik pertama yang diproduksi secara massal di dunia, dan Miller adalah satu dari banyaknya nyawa yang selamat karena obat ini.

Namun, ilmuwan penemu penisilin pada 1928, Alexander Fleming, secara cepat menyadari bahwa obat ini dapat menyebabkan masalah besar, yaitu resistensi antibiotik.

Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri mengembangkan mekanisme pertahanan baru untuk melawan satu atau beberapa antibiotik.

Baca Juga: Ilmuwan Kembangkan Antibiotik Baru untuk Infeksi Paru karena Covid-19

Bakteri umumnya bereproduksi setiap beberapa jam, dan inilah mengapa mereka mudah beradaptasi dan bermutasi.

Ilustrasi bakteri. [Shutterstock]
Ilustrasi bakteri. [Shutterstock]

Jadi, ketika antibiotik tidak menghilangkan bakteri 100% dari infeksi, sisa yang selamat dapat mengembangkan gen pelindung terhadap obat. Mereka dapat meneruskan gen ini selama reproduksi.

Mengapa ini menjadi masalah?

Dilansir Insider, sebenarnya kematian akibat resistensi antibiotik telah menurun selama dekade terakhir, menurut CDC. Namun, ini tetap menjadi salah stau masalah kesehatan masyarakat.

Di Amerika Serikat, lebih dari 2,8 juta orang terinfeksi patogen resistan antibiotik setiap tahunnya dan lebih dari 35.000 orang meninggal akibatnya.

Baca Juga: Antibiotik Bisa Sembuhkan Virus Corona Covid-19? Ini Faktanya

Resistensi antibiotik tidak hanya mematikan, tetapi juga membuat infeksi umum, seperti ISK, lebih sulit diobati.

"E. coli menyebabkan 80% hingga 90% infeksi saluran kemih, jadi kita menemukan E. coli yang kebal antibiotik," kata farmakologis eksperimental dan klinis di Univerisity of Minnesota, Elizabeth Hirsch.

Ilustrasi (Foto: shutterstock)
Ilustrasi antibiotik (Foto: shutterstock)

Tidak hanya infeksi sederhana, operasi dan prosedur invasif lainnya yang meningkatkan risiko infeksi seseorang dapat mencapai titik kritis.

Menurut CDC, semaki banyak infeksi yang berhubungan dengan perawatan kesehatan disebabkan oleh patogen resistan antibiotik.

Apa penyebabnya?

Penggunaan antibiotik berlebihan adalah penyebab utamanya. Dari rumah sakit hingga ke bidang pertanian, seluruh industri perlu mempertimbangkan kembali bagaimana mereka menggunakan antibiotik untuk mengekang proliferasi dan penciptaan bakteri resistan.

Orang juga perlu berhenti menggunakan antibiotik untuk mengobati virus dan kondisi lainnya, sebab obat ini hanya membantu untuk infeksi bakteri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI