Gara-gara Lockdown, Kualitas Udara di Asia Tenggara Alami Perubahan Drastis

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 08 Mei 2020 | 12:52 WIB
Gara-gara Lockdown, Kualitas Udara di Asia Tenggara Alami Perubahan Drastis
Pemandangan gedung-gedung bertingkat dan kawasan permukiman yang terhalang polusi udara di Jakarta, Jumat (13/7/2018). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Ilustrasi kualitas udara Jakarta. [Suara.com]
Ilustrasi kualitas udara Jakarta. [Suara.com]

Di wilayah Asia Tenggara sendiri terdapat 799 ribu kematian per tahun akibat penyakit pernapasan kronis dan penyakit jantung, serta penyakit pendukung lainnya yang disebabkan oleh masalah polusi udara.

Bahan bakar fosil telah banyak ditemukan sebagai penyebab lebih dari 150 ribu kematian dini di seluruh dunia. Sedangkan kerugian dari sisi ekonomi akibat polusi udara dari bahan bakar fosil diperkirakan mencapai USD 2,9 triliun pada tahun 2018, atau 3,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

Perbaikan kualitas udara saat ini masih anomali. Namun jika dibiarkan begitu saja setelah lockdown tak diberlakukan maka polusi udara akan kembali dengan cepat dan menjadi ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia.

"Melalui krisis ini, kita telah melihat sekilas seperti apa kehidupan dengan udara yang lebih mudah untuk bernapas. Tetapi mengubah ini menjadi kenyataan sehari-hari hanya dapat dicapai dengan menegakkan standar kualitas udara dan dengan cepat mengurangi bahan bakar fosil melalui cara yang konsisten dan berkelanjutan," tutupnya.

Baca Juga: Dikepung Wabah Corona, Kualitas Udara Jakarta Makin Membaik

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI