Menganggap Cemas Berbahaya Bisa Tingkatkan Risiko Kematian, Benarkah?

Kamis, 07 Mei 2020 | 15:30 WIB
Menganggap Cemas Berbahaya Bisa Tingkatkan Risiko Kematian, Benarkah?
Ilustrasi cemas. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menganggap Cemas Berbahaya Bisa Tingkatkan Risiko Kematian, Benarkah?

Kecemasan sempat terjadi di masyarakat saat virus corona dikonfirmasi masuk ke Indonesia. Perasaan cemas itu bahkan menimbulkan peristiwa panic buying di berbagai tempat.

Dalam situasi seperti saat ini, perasaan cemas ternyata sesuatu yang wajar sebagai respon terhadap kondisi yang berubah.

Ilustrasi cemas atau khawatir [Shutterstock]
Ilustrasi cemas atau khawatir [Shutterstock]

"Cemas pada kondisi saat ini wajar. Ada penelitian bagus dari Harvard bahwa stres itu tidak berbahaya kecuali kalau anggap stres musuh," kata Psikiater dari RS Siloam Bogor Jiemi Ardian saat siaran langsung Instagram bersama PDSKJI, Rabu (6/5/2020).

Baca Juga: WHO Peringatkan Penggunaan Obat Covid-19 yang Belum Teruji di Afrika

Jiemi menjelaskan, penelitian dari universitas Harvard itu mengukur tingkat cemas atau stres dari sekitar 3 ribu koresponden dan membaginya menjadi tiga tingkatan, stres ringan, berat, dan sedang.

Hasilnya, orang yang mengalami stres berat, 43 persen berisiko alami kematian. Tapi hal itu hanya berlaku kepada orang yang menganggap stres, cemas, dan takut sebagai bahaya.

"Kalau mengalami stres berat tapi dia gak menganggap berbahaya itu bahkan angka kematiannya lebih rendah daripada yang mengalami stres ringan," kata Jiemi.

Biasanya orang yang tidak menganggap cemas berbahaya, kata Jiemi, ia memahami bahwa perasaan itu justru sebagai alarm tubuh dan memahami untuk beradaptasi dengan kondisi tertentu.

Dilansir dari Harvard Health Publishing, ada sejumlah perawatan yang efektif untuk mengatasi kecemasan. Perawatan ini tentunya disesuaikan dengan diagnosis.

Baca Juga: Berdasarkan Zodiak, Ini Pilihan Kegiatan yang Cocok Buatmu Selama Karantina

Beberapa di antaranya ialah perubahan gaya hidup, seperti menghindari kafein, berolahraga secara teratur, dan menghindari obat-obatan atau zat yang dapat menyebabkan gejala kecemasan. Kemudian juga pendekatan mind-body, seperti pernapasan dalam, meditasi, perhatian, dan teknik untuk meredakan ketegangan otot dan meningkatkan ketenangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI