Orang dengan derelium juga cenderung mengalami kerusakan kognitif jangka panjang dan cenderung bertahan.
Conner mengatakan sebagian besar pasien corona Covid-19 di ICU mengalami beberapa tingkat derelium selama perawatan. Padahal derelium bisa menyebabkan penyakit parah, seperti sepsis, demam, infeksi, kegagalan organ dan lainnya.
Sementara ini, virus corona Covid-9 memicu derelium dengan merusak paru-paru, mengurangi oksigen ke otak dan demam tinggi.
Awal bulan ini, para ilmuwan kembali menemukan virus corona Covid-19 bisa menyebabkan ensefalitis (peradangan dan pembengkakan otak) dan stroke pada orang mudah sehat dengan gejala infeksi virus ringan.
Baca Juga: Ilmuwan Bongkar Fakta Hidroklorokuin, Pengencer Darah Bisa Obati Covid-19?
Para peneliti dari Henry Ford Health System mengatakan hal itu setelah merawat pasien virus corona Covid-19 perempuan usia 58 tahun di Detroit, AS, yang positif terinfeksi virus corona Covid-19.
Selain menunjukkan gejala virus corona Covid-19 yang khas, wanita itu juga merasa bingung dan lelah. Petugas medis pun memutuskan untuk melakukan pemindaian MRI yang mengidentifikasi bintik-bintik hitam di otak yang mengindikasikan kematian sel.
Pemindaian lebih lanjut mengungkapkan bahwa otak wanita itu juga memiliki lesi atau pendarahan otak di lobus temporal yang terlibat dalam kesadaran, memori dan sensasi.
Hasil ini menegaskan bahwa pasien wanita itu telah mengembangkan ensefalitis nekrotikans akut (ANE) atau infeksi saraf pusat.
ANE adalah penyakit langka yang ditandai dengan kerusakan otak (ensefalopati) yang biasanya terjadi setelah infeksi virus.
Baca Juga: Kasus Pertama, Ibu Hamil dengan Corona Covid-19 Berisiko Preeklamsia
Sebelumnya, kondisi ini berkaitan dengan infeksi flu, cacar air dan enterovirus. Tapi, kini dokter yakin kondisi ini bisa berkaitan dengan infeksi virus corona Covid-19. Karena itu, dokter perlu mewaspadai kemungkinan kondisi yang saling berhubungan ini.