Bongkar Fakta Hydroxychloroquine, Ilmuwan AS Dilengserkan Trump

Rabu, 06 Mei 2020 | 18:43 WIB
Bongkar Fakta Hydroxychloroquine, Ilmuwan AS Dilengserkan Trump
Presiden AS Donald Trump memberikan update pandemi virus corona, 15 April 2020. [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bongkar Fakta Hydroxychloroquine, Ilmuwan AS Dilengserkan Trump

Seorang ilmuwan pemerintah Amerika Serikat mengatakan, bahwa ia digulingkan dari posisinya setelah mengungkapkan presiden Trump akan mendistribusikan obat hydroxychloroquine  atau hidroksiklorokuin untuk perawatan Covid-19 meski tidak ada bukti ilmiah.

Melansir dari Huffpost, ilmuwan tersebut adalah Rick Bright, mantan direktur Biomedis Penelitian Lanjutan dan Otoritas Pengembangan AS. Ia mengajukan pengaduan pada Kantor Penasihat Khusus, sebuah lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas pengaduan pelapor Selasa (5/5/2020).

Dia menuduh gedung putih menugaskannya ke peran yang lebih rendah karena dia menolak tekanan politik untuk memungkinkan penggunaan hydroxychloroquine, obat malaria yang diusulkan Trump.

Baca Juga: Mulai Besok, Garuda Indonesia Kembali Layani Penerbangan Berpenumpang

Bright juga mengatakan pemerintahan Trump menolak peringatannya tentang Covid-19 di awal wabah. Menurut Bright, ia mengingatkan untuk bertindak mengatasi penyebaran Covid-19 setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan pada Januari.

"Menghadapi perlawanan dari kepemimpinan HHS, termasuk Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar yang tampaknya berniat mengecilkan peristiwa bencana ini," kata Bright.

Bright menuduh dalam aduannya bahwa orang-orang yang ditunjuk secara politis di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan telah mencoba mempromosikan hydroxychloroquine sebagai obat mujarab.

Sejenis klorokuin yang digunakan sebagai bagian dari pengobatan pasien Covid-19 di Prancis pada Februari 2020. [AFP/Gerard Julien]
Hydroxychloroquine  yang digunakan sebagai bagian dari pengobatan pasien Covid-19 di Prancis pada Februari 2020. [AFP/Gerard Julien]

Pada keluhannya, Bright mengatakan para pejabat juga menuntut agar New York dan New Jersey diberikan obat-obatan yang diimpor dari pabrik-pabrik di Pakistan dan India dan belum diperiksa oleh FDA.

Tetapi Bright menentang penggunaan obat hydroxychloroquine secara luas dengan alasan tidak adanya bukti ilmiah untuk pasien Covid-19.

Baca Juga: PSBB Sukabumi: Motor Pelat Merah Boncengan Disetop, Penumpang Beda Alamat

Dia merasakan untuk memberi tahu publik bahwa tidak ada cukup bukti ilmiah penggunaan obat tersebut untuk pasien Covid-19.

Pada April, Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) Amerika Serikat memperingatkan dokter agar tidak meresepkan obat kecuali di rumah sakit dan studi penelitian. Dalam peringatan, adanya laporan tentang efek samping jantung fatal di antara pasien Covid-19.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI