Suara.com - Jumlah kasus penularan virus corona pada anak-anak memang cenderung rendah dan kebanyakan hanya mengalami gejala ringan. Lalu, bisakah mereka menularkan virus tersebut kepada orang dewasa dan melanjutkan rantai penyebaran virus corona? Dua studi terbaru menjawabnya.
Dua studi ini memberikan bukti yang mengejutkan bahwa anak-anak dapat menularkan virus corona. Meski belum dapat membuktikannya, namun bukti ini cukup untuk menyarankan tetap menutup sekolah sekarang ini.
Dengan menurunnya jumlah angka kasus virus corona baru, beberapa negara memutuskan untuk membuka kembali sekolah-sekolah beberapa minggu ke depan.
Dalam salah studi yang dipublikasikan minggu lalu dalam jurnal Science, tim tersebut menganalisis data dari dua kota di China, yakni Wuhan dan Shanghai.
Baca Juga: Belasan Anak Positif Covid-19 Alami Gejala Misterius, Apa Saja?
Mereka menemukan bahwa anak-anak tiga kali lebih rentan terhadap infeksi virus corona daripada orang dewasa, demikian dilaporkan New York Times.
Namun saat sekolah-sekolah kembali dibuka, anak-anak memiliki kontak fisik tiga kali lebih banyak dan tiga kali lebih mungkin terinfeksi.
Berdasarkan data tersebut, para peneliti memperkirakan menutup sekolah tak cukup untuk menghentikan wabah, namun bisa menurunkan kenaikannya sebanyak 40-60 persen dan memperlambat epidemi.
Studi kedua yang dilakukan oleh para peneliti Jerman mengetes anak-anak dan orang dewasa, menemukan bahwa anak-anak yang positif virus corona membawa sama banyaknya virus dengan orang dewasa, dan mudah menularkannya.
Di sisi lain, para pakar setuju akan satu hal, yakni bahwa pemerintah harus menunda membuka kembali sekolah-sekolah.
Baca Juga: PBB Khawatir, Pandemi Covid-19 Membuat Anak-anak Online Terus
Setidaknya, para murid bisa diberikan jadwal untuk datang ke sekolah pada hari yang berbeda untuk mengurangi jumlah berkumpulnya orang-orang pada satu gedung.
Misalnya, dengan menaruh meja-meja berjarak dua meter dan menghindari berkumpulnya para murid dalam jumlah yang besar.
Para guru yang memiliki penyakit penyerta atau berada dalam usia lanjut sebaiknya diberikan pekerjaan alternatif di luar ruang kelas. Berlaku juga pada anak yang memiliki penyakit penyerta untuk tetap melanjutkan belajar dari rumah.
Kedua pemimpin studi tersebut berharap, mereka bukan membawa berita buruk namun setidaknya memberikan data bagi pemerintah untuk bisa digunakan dalam mempertimbangkan membuat kebijakan.