Mutasi Terbaru, Peneliti Sebut Virus Corona Covid-19 Melemah

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 06 Mei 2020 | 13:45 WIB
Mutasi Terbaru, Peneliti Sebut Virus Corona Covid-19 Melemah
Penampakan virus corona baru (COVID-19), credit: NIAID-RML
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hingga kini virus corona atau Covid-19 masih terus bermutasi dan kata para peneliti dalam sebuah penelitian terkini menemukan sebuah mutasi terbaru yang menunjukkan bahwa virus tersebut mungkin melemah.

Penulis studi utama Dr. Efren Lim, asisten profesor di Institut Biodesign Arizona State University, dan timnya menggunakan teknologi baru yang disebut next-generation sequencing a untuk membaca kode genetik dari coronavirus dengan cepat, yang disebut para ilmuwan sebagai SARS-CoV-2.

COVID-19 mampu membajak sel inang untuk mereplikasi, menciptakan ribuan salinannya sendiri hingga sel inang kewalahan dan secara efektif membunuh dirinya sendiri [NIAID].
COVID-19 mampu membajak sel inang untuk mereplikasi, menciptakan ribuan salinannya sendiri hingga sel inang kewalahan dan secara efektif membunuh dirinya sendiri [NIAID].

Teknologi itu membantu para peneliti untuk menentukan bagaimana virus menyebar, bermutasi, dan beradaptasi dari waktu ke waktu.

Dari 382 sampel swab hidung yang diteliti oleh para peneliti dari pasien virus corona di negara bagian itu, satu sampel tunggal kehilangan sebagian besar genomnya. Delapan puluh satu letters dihapus secara permanen, menurut penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of Virology.

Baca Juga: Katanya Setan Dikurung Saat Ramadan, Kenapa Masih Banyak yang Maksiat?

"Salah satu alasan mengapa mutasi ini menarik adalah karena itu mencerminkan penghapusan besar yang muncul dalam wabah SARS 2003," kata Lim dalam sebuah pernyataan.

Selama fase tengah dan akhir epidemi SARS 2003, virus mengakumulasi mutasi yang mengurangi kekuatannya, menurut para peneliti.

"Di mana penghapusan terjadi dalam genom cukup bermakna karena merupakan protein kekebalan yang dikenal yang berarti menetralkan respons antivirus inang," kata Lim, seperti dilansir dari New York Post, Senin (5/5/2020)

Virus yang melemah menyebabkan gejala yang tidak terlalu parah. Namun mereka yang terinfeksi mungkin meningkat, karena kebanyakan dari mereka tidak tahu terpapar virus tersebut.

Namun, para peneliti menyebut terlalu dini untuk mengatakan virus corona baru mulai kehilangan potensinya.

Baca Juga: 5 Terpopuler: Bunuh Diri Bukan Tanda Ingin Mati, Henti Jantung Didi Kempot

Semua pasien yang sampelnya dianalisis oleh para ilmuwan Arizona memiliki beberapa gejala klinis coronavirus, yang berarti bahwa bahkan versi dengan 81 penghapusan masih cukup kuat untuk membuat pasien setidaknya agak sakit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI