Peneliti: 4 Alasan untuk Tidak Percaya Virus Corona dari Laboratorium Wuhan

Senin, 04 Mei 2020 | 19:30 WIB
Peneliti: 4 Alasan untuk Tidak Percaya Virus Corona dari Laboratorium Wuhan
Ilustrasi laboratorium. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah teori konspirasi menjadikan laboratorium Institut Virologi Wuhan (WIV) sebagai pusat penyebaran virus corona pertama kali. Teori bahwa virus corona berasal dari laboratorium Wuhan yang juga dipercayai oleh Donald J. Trump itu akhirnya ditepis oleh peneliti Amerika Serikat yang pernah bekerja di WIV.

Menurut Jonna Mazet, seorang ahli epidemiologi di Universitas California yang pernah bekerja dengan dan melatih  peneliti WIV menyatakan, bahwa ada beberapa alasan yang membuat tudingan tersebut itu salah.

1. Sampel Laboratorium Tidak Sama dengan Virus Corona Baru

Melansir dari Business Insider, WIV menjadi satu-satunya laboratorium tingkat 4 Biosafety China. Para ilmuwan mempelajari mikroba paling berbahaya dan menular yang muncul di tengah manusia.

Baca Juga: Tips Tetap Harmonis dengan Pasangan Selama Masa Karantina

Beberapa peneliti, termasuk ahli virologi Shi Zhengli, telah mengumpulkan, mengambil sampel, dan mempelajari virus corona yang berasal dari kelelawar China.

Pada 2013, Shi dan kolaboratornya menunjukkan populasi kelelawar yang paling mungkin bertanggung jawab atas penyebaran SARS di Gua Shitou dekat Kunming.

Setelah timnya mengurutkan virus Covid-19, Shi mengatakan kepada Scientific American bahwa dia dengan cepat memeriksa catatan laboratoriumnya dari beberapa tahun terakhir untuk memeriksa adanya.

Ilustrasi seorang lelaki di laboratorium. [Shutterstock]
Ilustrasi seorang lelaki di laboratorium. [Shutterstock]

Kemudian dia merujuk silang genom virus corona baru dengan informasi genetik virus corona yang sebelumnya dikumpulkan oleh timnya. Hasilnya, genetik virus tersebut tidak sama.

Mazet telah bertemu dan bekerja dengan Shi melalui PREDICT, sebuah program peringatan dini pandemi yang dimulai oleh Badan Pembangunan Internasional AS.

Baca Juga: Ditemukan Komplikasi Langka pada Beberapa Anak dengan Covid-19

Program ini telah melatih staf dan lab yang didanai di 30 negara, termasuk WIV, tetapi Presiden Donald Trump menutup PREDICT musim gugur yang lalu.

"Aku baru saja berbicara dengannya," kata Mazet tentang Shi. "Dia benar-benar positif bahwa dia tidak pernah mengidentifikasi virus ini sebelum wabah terjadi," kata Mazet

2. Laboratorium Menerapkan Protokol Keselamatan Ketat

Pada 2018, para pejabat AS mengemukakan kekhawatiran tentang masalah keselamatan di WIV. Tapi Mazet mengatakan pekerjaan Shi di lab dan di lapangan tidak bisa diragukan keamanannya.

"Di lapangan, mereka mengenakan alat pelindung diri yang ekstrem, termasuk beberapa lapis sarung tangan, pelindung mata, setelan seluruh tubuh, dan masker," kata Mazet.

Menurut Mazet, sampel yang dikumpulkan dari kelelawar segera terbagi antara beberapa wadah yang mengandung bahan kimia untuk menonaktifkan virus dan wadah lain yang membuat virus tetap hidup.

Semua sampel kemudian dicelupkan ke dalam nitrogen cair di tempat yang membekukannya. Kemudian botol didesinfeksi dan diangkut ke laboratorium.

Di laboratorium para ilmuwan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) kemudian menurutnkan sampe ke dalam freezer yang bersuhu minus 80 derajat Celcius.

"Ketika sampel dipelajari, kemudian para peneliti hanya menggunakan yang tidak aktif dan tidak menular," kata Mazet.

3. Virus Corona Berasal dari Hewan

Alih-alih bocor dari laboratorium, virus corona lebih mungkin merupakan penyakit terbaru yang telah melompat dari hewan inang ke manusia.

Jenis lompatan lintas spesies ini, disebut peristiwa limpahan yang juga menyebabkan wabah Ebola dan SARS. Kedua virus tersebut berasal dari kelelawar dan penelitian genetika telah memastikan bahwa virus corona baru juga kemungkinan besar dari hewan tersebut.

Virus corona barul. (Shutterstock)
Virus corona baru. (Shutterstock)

4. Orang Biasa Lebih Mungkin Terinfeksi daripada Peneliti dengan APD

"Gua dan habitat liar tempat pengumpulan sampel dari kelelawar adalah tempat berbahaya bagi manusia, karena manusia dapat terpapar virus hidup yang bersirkulasi pada hewan," kata Mazet.

Dilansir dari Business Insider, Shi dan rekannya menavigasi gua-gua  menggunakan APD penuh, tetapi turis, pemburu liar, dan orang-orang lain berkeliaran ke tempat-tempat seperti itu dengan tubuh yang tidak terlindungi.

Menurut Mazet, teori kebocoran lab yang terus beredar malah akan emengaruhi kerja sama ilmiah di masa depan dan berbagi informasi antara AS dan China.

"Saya pikir bahaya sebenarnya dari apa yang terjadi sekarang adalah bahwa para ahli seperti Shi dan saya sendiri mungkin tidak dapat terus berkolaborasi untuk mengidentifikasi virus-virus ini karena tekanan pemerintah," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI