Peneliti: 4 Alasan untuk Tidak Percaya Virus Corona dari Laboratorium Wuhan

Senin, 04 Mei 2020 | 19:30 WIB
Peneliti: 4 Alasan untuk Tidak Percaya Virus Corona dari Laboratorium Wuhan
Ilustrasi laboratorium. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

2. Laboratorium Menerapkan Protokol Keselamatan Ketat

Pada 2018, para pejabat AS mengemukakan kekhawatiran tentang masalah keselamatan di WIV. Tapi Mazet mengatakan pekerjaan Shi di lab dan di lapangan tidak bisa diragukan keamanannya.

"Di lapangan, mereka mengenakan alat pelindung diri yang ekstrem, termasuk beberapa lapis sarung tangan, pelindung mata, setelan seluruh tubuh, dan masker," kata Mazet.

Menurut Mazet, sampel yang dikumpulkan dari kelelawar segera terbagi antara beberapa wadah yang mengandung bahan kimia untuk menonaktifkan virus dan wadah lain yang membuat virus tetap hidup.

Baca Juga: Tips Tetap Harmonis dengan Pasangan Selama Masa Karantina

Semua sampel kemudian dicelupkan ke dalam nitrogen cair di tempat yang membekukannya. Kemudian botol didesinfeksi dan diangkut ke laboratorium.

Di laboratorium para ilmuwan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) kemudian menurutnkan sampe ke dalam freezer yang bersuhu minus 80 derajat Celcius.

"Ketika sampel dipelajari, kemudian para peneliti hanya menggunakan yang tidak aktif dan tidak menular," kata Mazet.

3. Virus Corona Berasal dari Hewan

Alih-alih bocor dari laboratorium, virus corona lebih mungkin merupakan penyakit terbaru yang telah melompat dari hewan inang ke manusia.

Baca Juga: Ditemukan Komplikasi Langka pada Beberapa Anak dengan Covid-19

Jenis lompatan lintas spesies ini, disebut peristiwa limpahan yang juga menyebabkan wabah Ebola dan SARS. Kedua virus tersebut berasal dari kelelawar dan penelitian genetika telah memastikan bahwa virus corona baru juga kemungkinan besar dari hewan tersebut.

Virus corona barul. (Shutterstock)
Virus corona baru. (Shutterstock)

4. Orang Biasa Lebih Mungkin Terinfeksi daripada Peneliti dengan APD

"Gua dan habitat liar tempat pengumpulan sampel dari kelelawar adalah tempat berbahaya bagi manusia, karena manusia dapat terpapar virus hidup yang bersirkulasi pada hewan," kata Mazet.

Dilansir dari Business Insider, Shi dan rekannya menavigasi gua-gua  menggunakan APD penuh, tetapi turis, pemburu liar, dan orang-orang lain berkeliaran ke tempat-tempat seperti itu dengan tubuh yang tidak terlindungi.

Menurut Mazet, teori kebocoran lab yang terus beredar malah akan emengaruhi kerja sama ilmiah di masa depan dan berbagi informasi antara AS dan China.

"Saya pikir bahaya sebenarnya dari apa yang terjadi sekarang adalah bahwa para ahli seperti Shi dan saya sendiri mungkin tidak dapat terus berkolaborasi untuk mengidentifikasi virus-virus ini karena tekanan pemerintah," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI