Respons Alam Bawah Sadar Orang Berbeda selama Pandemi, Ini Temuan Psikolog

Senin, 04 Mei 2020 | 11:25 WIB
Respons Alam Bawah Sadar Orang Berbeda selama Pandemi, Ini Temuan Psikolog
ilustrasi tidur (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kesulitan tidur, sering bermimpi dan terbangun tengah malam bisa menjadi tanda yang mengkhawatirkan dari dampak pandemi virus corona Covid-19.

Sebuah survei oleh King's College London dengan Ipsos Mori menunjukkan bahwa dua dari lima orang di Inggris mengalami gangguan tidur selama pandemi.

"Ini ada hubungan yang jelas antara peningkatan stres dan dampak pada tidur. Sebanyak 53 persen dari mereka yang mengalami krisis stres melaporkan kesulitan tidur," kata Prof Bobby Duffy, pemimpin penelitian dan direktur Institute Kebijakan di King's dikutip dari The Guardian.

Sebagian besar orang biasanya tidak akan mengingat mimpinya. Tetapi, kecemasan hidup, keterasingan dan gangguan pada siklus tidur-bangun normal nampaknya telah mengubah semuanya.

Baca Juga: Dokter Kulit Peringatkan soal Covid Toe, Dugaan Gejala Baru Corona Covid-19

Beberapa peneliti, termasuk Dr Deirde Barret, seorang psikolog klinis dan evolusi Harvard Medical School mengumpulkan data mimpi seseorang selama pandemi.

Ilustrasi tidur cukup. (Pexels)
Ilustrasi tidur cukup. (Pexels)

Deirdre Barrett mengatakan semua orang pasti sering bermimpi. Tetapi, orang cenderung mengingat mimpinya ketika terlalu lama tidur atau sering terjaga di malam hari.

"Kita tahu bahwa peningkatan stres adalah penyebab umum seseorang terbangun di malam hari," ujarnya.

Kini, ia menganalisis 4.000 mimpi pandemi dari lebih 2.000 responden. Ada banyak pula kesamaan antara cara mimpi menanggapi trauma dan krisis. Sebanyak 9 dari 11 orang bermimpi ada banyak bangunan jatuh, pembajak, pesawat menabrak benda dan lainnya.

Sebelumnya, Barrett sudah pernah menganalisis mimpi orang setelah serangan gas sarin pada 1995 di kereta bawah tanah Tokyo. Tapi, mimpi orang di tengah pandemi virus corona Covid-19 ini berbeda.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Bisa Jadi Baru Ditemukan pada 2036?

Orang mengalami kesulitan bernapas dan demam, tetapi semuanya banyak yang abstrak. Seperti yang Anda ketahui, serangan virus corona Covid-19 ini tidak terlihat.

Sementara, gempa bumi, tornado, gelombang pasang dan lainnya merupakan fenomena alam yang bisa terlihat sekaligus membuat trauma.

Ilustrasi seorang perempuan tak bisa tidur nyenyak karena mimpi buruk. (Shutterstock)
Ilustrasi seorang perempuan tak bisa tidur nyenyak karena mimpi buruk. (Shutterstock)

Tetapi, cluster mimpi terbesar adalah bug atau virus yang tak terlihat seperti sekarang ini. Keseringan bangun di malam hari artinya membuat kita mengingat mimpi lebih baik.

Efek sampingnya, kondisi ini akan membuat kita merasa lelah di hari berikutnya. Penelitian telah lama mengatakan bahwa isinya terkait dengan pola pikir kita saat bangun tidur.

Kita memproses ingatan yang kuat, stres dan emosi sekarang ini selama tidur Rapid Eye Movement (REM). Mimpi kita sering kali sarat dengan simbolisme dan penyajian realitas yang aneh.

Hal itu bisa terjadi karena lockdown selama pandemi, sedikit ruang gerak dan banyak orang mungkin tak sadar telah menggali atau mengingat masa lalunya.

Pada kondisi ini, seseorang mungkin perlu mencari penyebab stres dan dampaknya pada tidur. Sedangkan beberapa orang yang mengatakan tidurnya lebih baik selama lockdown mungkin bisa menerapkan mentalitas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI