Suara.com - Jamu, minuman herbal asli Indonesia, sudah lama diketahui memberi banyak manfaat kesehatan bagi tubuh. Tapi, bagaimana di bulan puasa ini, bolehkah terus minum jamu untuk menjaga kesehatan?
Tentu saja, minum jamu tidak bisa dilakukan sembarangan, ada aturan waktu minum dan bahan apa saja yang diminum. Terlebih saat bulan puasa seperti ini.
DR (Cand.) dr Inggrid Tania, MSi, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dalam Violad Live bersama dr. Tompi dan dr. Arti Indira, memberikan panduan bagi mereka yang ingin tetap minum jamu selama bulan puasa.
Ketika sahur, dr. Inggrid menyarankan untuk mengonsumsi jamu dari bahan empon-empon atau rempah rumahan, misalnya temulawak, kunyit, jahe, dan sereh.
Baca Juga: Diprotes karena Lebih Memilih Impor Jamu China, DPR: Salahnya di Mana Sih?
"Diramu jadi satu jamu yang segar, kita minum dalam kondisi hangat itu lebih bagus," terangnya.
Jamu ini bersifat menambah vitalitas di kala berpuasa. Selain itu, metabolisme tubuh juga akan menjadi lebih efisien.
Ketika buka puasa, ia mengingatkan untuk tidak langsung minum jamu. Hal ini disebabkan jamu memiliki sifat yang menurunkan gula darah.
"Jadi karena saat kita puasa kadar gula darah memang lebih rendah, kan, jadi jangan langsung minum jamu," tuturnya.
Ia menyarankan untuk terlebih dahulu berbuka dengan air putih, kurma, dan beberapa takjil. Setelah itu, baru bisa dilanjutkan dengan minum jamu.
Baca Juga: Kopi Jamu untuk Para Tenaga Medis Saat Ramadan
Jamu yang bisa dikonsumsi saat bulan puasa seperti kayu manis, atau campuran jeruk, kencur, dan madu, yang memiliki efek menyegarkan. Sekaligus juga memiliki sifat menurunkan kadar lemak lebih cepat, terutama apabila Anda mengonsumsi takjil yang berlebihan atau banyak mengandung lemak.