Terungkap, Ini yang Membuat Covid-19 Begitu Mematikan Bagi Sejumlah Pasien

Minggu, 03 Mei 2020 | 21:11 WIB
Terungkap, Ini yang Membuat Covid-19 Begitu Mematikan Bagi Sejumlah Pasien
Ilustrasi pasien menggunakan alat bantu pernapasan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Terungkap, Ini yang Membuat Covid-19 Begitu Mematikan Bagi Sejumlah Pasien

Pada awal kemunculannya, banyak orang menyepelekan bahaya dari virus corona atau Covid-19. Belakangan diketahui bahwa virus tersebut tidak hanya berpusat di masalah pernapsan, tetapi juga menimbulkan masalah penceranan bahkan hingga kerusakan pada otak.

Mulanya banyak juga yang beranggapan bahwa virus ini hanya menyerang dan berbahaya bagi mereka yang usia lanjut. Namun, faktanya di beberapa negara, banyak pasien usia muda yang bahkan mesti meninggal akibat virus tersebut.

Lantas, apa yang menyebabkan penyaki ini begitu mematikan pada sebagian orang?

Baca Juga: Promosi Obat Corona Satgas DPR, Andre Rosiade Kena Skakmat

Penampakan Virus Corona baru atau COVID-19 [NIAID flickr].
Penampakan Virus Corona baru atau COVID-19 [NIAID flickr].

Dilansir dari situs Medicine Net, Joseph Vinetz, MD, seorang spesialis penyakit menular di Yale School of Medicine mengatakan bahwa banyak orang terinfeksi virus corona hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tanpa gejala.

Tetapi ketika tubuh tidak dapat menghancurkan virus sejak masih disaluran napas awal, partikel virus akan masuk lebih dalam ke paru-paru hingga ke saluran pencernaan.

"Jelas ada sindrom pernapasan dan itulah sebabnya orang berakhir di rumah sakit. Beberapa orang menderita penyakit gastrointestinal dengan diare, beberapa sakit perut atau mungkin tidak berhubungan dengan penyakit pernapasan," jelas Vinetz.

Setelah virus berkembang di dalam tubuh maka akan menyebabkan penyakit yang lebih parah. Di sinilah serangan langsung ke organ lain yang memiliki reseptor ACE2 dapat terjadi.

Kondisi ini juga kemudian bisa berpengaruh pada otot jantung, ginjal, pembuluh darah, hati, dan berpotensi berpengaruh ke sistem saraf pusat.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Mulai Turun, Masjid di Iran Akan Dibuka Kembali

"Sangat tidak mungkin bahwa organ lain dapat dipengaruhi melalui invasi langsung tanpa penyakit parah," tambah Vinetz.

Sementara itu, menurut Kenneth Tyler, MD, ketua Departemen Neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Colorado, otak dan saraf juga bisa menjadi serangan langsung virus corona.

Mengenal Badai Sitokin

COVID-19 mampu membajak sel inang untuk mereplikasi, menciptakan ribuan salinannya sendiri hingga sel inang kewalahan dan secara efektif membunuh dirinya sendiri [NIAID].
COVID-19 mampu membajak sel inang untuk mereplikasi, menciptakan ribuan salinannya sendiri hingga sel inang kewalahan dan secara efektif membunuh dirinya sendiri [NIAID].

Temuan awal, termasuk yang dari laporan otopsi dan biopsi, menunjukkan bahwa partikel virus dapat ditemukan tidak hanya di saluran hidung dan tenggorokan, tetapi juga di air mata, tinja, ginjal, hati, pankreas, dan jantung. Satu laporan kasus menemukan bukti partikel virus dalam cairan di sekitar otak pada pasien dengan meningitis.

Kerusakan parah pada paru-paru mungkin menjadi salah satu pemicu yang mengaktifkan dan merangsang sistem kekebalan tubuh secara berlebihan melalui rentetan bahan kimia, yang dikenal sebagai sitokin.

Terlalu banyak bahan kimia ini dapat memicu kondisi yang disebut sebagai "badai sitokin." Ini adalah interaksi yang kompleks dari bahan kimia yang dapat menyebabkan tekanan darah turun, menarik lebih banyak sel imun dan peradangan yang mematikan, juga menyebabkan lebih banyak lagi cidera di dalam paru-paru, jantung, ginjal, dan otak.

Beberapa peneliti mengatakan badai sitokin mungkin menjadi penyebab dekompensasi mendadak yang menyebabkan penyakit kritis pada pasien Covid-19.

Banyak dokter menemukan bahwa pembekuan darah escara abnormal, yang dikenal sebagai trombosis, juga dapat jadi penyebab utama mengapa Covid-19 mematikan.

Adam Cuker, MD, ahli hematologi di Rumah Sakit Universitas Pennsylvania mengatakan pembekuan ini terjadi pada tingkat yang tinggi bahkan ketika pasien menggunakan pengencer darah untuk pencegahan bekuan darah.

Dalam satu penelitian dari Belanda, 31 persen pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 mengalami pembekuan darah saat pengencer darah. Meski begitu belum jelas penyebab pembekuan darah mengapa bisa terjadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI