Pasien Covid-19 Bisa Alami Sindrom Kelelahan Kronis Pasca Sembuh?

Minggu, 03 Mei 2020 | 16:56 WIB
Pasien Covid-19 Bisa Alami Sindrom Kelelahan Kronis Pasca Sembuh?
Ilustrasi pasien terinfeksi Corona Covid-19 menggunakan alat bantu pernapasan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Menurut Dr Harvey, Chronic fatigue syndrome (CFS), juga dikenal sebagai myalgic encephalomyelitis (ME), memicu gejala termasuk kelelahan ekstrem, nyeri otot atau persendian yang tidak dapat dijelaskan, sakit kepala dan kurang tidur.

Kondisi itu belum dipahami, tetapi ada bukti bahwa orang dapat mengalami CFS/ME setelah terinfeksi virus, seperti meningitis atau virus Epstein-Barr, yang menyebabkan demam kelenjar.

Studi yang dipimpin oleh Dr. Moldofsky setelah wabah SARS di Kanada pada 2002 hingga 2003 juga menemukan bahwa beberapa pasien terus memiliki gejala yang mirip dengan CFS/ME selama bertahun-tahun setelah mereka didiagnosis dengan virus corona yang berjenis mirip dengan Sars-Cov-2.

Penelitian yang diterbitkan pada tahun 2011, menyimpulkan bahwa post-Sars kronis ditandai dengan kelelahan persisten, mialgia difus, kelemahan, depresi, dan tidur tidak nyenyak, kata Moldofsky.

Baca Juga: 5 Alasan Berjalan Kaki Jadi Aktivitas Fisik yang Tepat selama Pandemi

Laporan itu mempelajari 22 pasien pasca-SARS dengan masalah kesehatan berkelanjutan. Meskipun para pasien itu hanya mewakili sekitar delapan persen dari 273 orang yang didiagnosis dengan SARS di Toronto.

Tetapi studi lain yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association pada 2009 menemukan bahwa 40 persen dari 369 penyintas SARS yang dipelajari di Cina melaporkan masalah kelelahan kronis.

Sementara 27 persen menunjukan gejala CFS sesuai yang didefinikan oleh Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan CFS AS.

Masih Terlalu Dini Ambil Kesimpulan

Namun Paul Hunter, profesor kedokteran di University of East Anglia, mengatakan bahwa proporsi pasien Covid-19 dengan kelelahan kronis mungkin lebih rendah, karena SARS cenderung menjadi penyakit yang lebih parah.

Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah 4.000 Alat Rapid Test di Bali Tak Direkomendasi BNPB?

“Masih terlalu dini untuk memperkirakan proporsi yang dapat berkembang menjadi kelelahan kronis, karena diagnosis formal membutuhkan gejala yang berlangsung setidaknya selama enam bulan. Pada fase akut, kelelahan dilaporkan pada sekitar sepertiga kasus. Tetapi hanya sebagian dari ini akan berkembang menjadi sindrom kelelahan kronis," kata Hunter.

Tetapi para ahli telah memperingatkan bahwa penelitian yang mengeksplorasi dampak kesehatan jangka panjang dari infeksi Covid-19 harus diprioritaskan.

"Penelitian tentang bagaimana dampak virus pada otak saat masih bayi," kata Profesor Sir Simon Wessely, mantan Presiden Royal College of Psychiatrist, mengatakan kepada The Telegraph.

“Kami tidak tahu apakah Sars-Cov-2 tidak menyebabkan CFS / ME. Tetapi kita perlu membuat studi dari mereka yang terinfeksi oleh virus ini sesegera mungkin dan menindaklanjuti orang untuk jangka pendek, menengah dan panjang," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI