WHO Rencanakan Protokol Pengujian Manusia untuk Vaksin Covid-19

Sabtu, 02 Mei 2020 | 19:33 WIB
WHO Rencanakan Protokol Pengujian Manusia untuk Vaksin Covid-19
Seorang apoteker memberikan suntikan kepada Jennifer Haller, dalam studi tahap pertama dari vaksin coronavirus pada 16 Maret 2020, di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Seattle. (Foto: Ted S. Warren / AP / via npr.org)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana mengeluarkan protokol dalam rangka menginfeksi virus corona pada relawan. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat proses uji coba manusia pada pengembangan vaksin Covid-19.

Melansir dari South China Morning Post (SCMP), dengan banyaknya tekanan yang meningkat untuk menghasilkan vaksin Covid-19, beberapa ilmuwan dan aktivis mengadvokasi penggunaan uji coba manusia. Uji coba ini melibatkan sukarelawan muda yang sehat sengaja diinfeksi virus untuk menguji kemanjuran kandidat vaksin.

Pendukung metode ini mengatakan uji coba akan mempercepat pengembangan vaksin. Tetapi beberapa ilmuwan khawatir tentang implikasi etis dan medis dari penggunaan metode tersebut.

Juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan badan kesehatan PBB berencana untuk mengeluarkan pedoman dalam beberapa minggu ke depan.

Baca Juga: Tak Dengar Pak Ogah, Silvi Ditabrak Grand Max, Mental dan Terlindas

Logo Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. [AFP]
Logo Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. [AFP]

Peter Smith, seorang profesor di London School of Hygiene dan Tropical Medicine mengatakan para ilmuwan berharap untuk menyusutkan masa uji klinis fase tiga.

“Uji coba fase 3 umumnya memakan waktu beberapa tahun. Harapannya adalah untuk mengurangi waktu ini, pembuatan vaksin Covid-19 menjadi sekitar enam bulan, tetapi ini akan tergantung pada ukuran uji coba dan tingkat penularan pada peserta,” kata Smith.

Para ilmuwan telah menggunakan uji coba manusia di masa lalu untuk vaksin dengan influenza, malaria, demam berdarah, kolera dan demam tifoid.

Nasihat resmi yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2016 menyatakan bahwa jenis percobaan ini hanya dapat dipertimbangkan ketika tidak ada terapi efektif lain yang tersedia untuk mengobati penyakit dan mencegah kematian.

Baca Juga: Ringgo Agus Rahman Stres Gara-gara Tempurung Kepala Janin

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI