Sedih, Tekanan Mental Bikin Tenaga Medis Jadi 'Korban Kedua' Pandemi Corona

Jum'at, 01 Mei 2020 | 13:35 WIB
Sedih, Tekanan Mental Bikin Tenaga Medis Jadi 'Korban Kedua' Pandemi Corona
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) memakai penutup wajah bersiap menyemprotkan cairan disinfektan di lingkungan asrama Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Bethel di kawasan Petamburan, Jakarta, Jumat (17/4). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sedih, Tekanan Mental Bikin Tenaga Medis Jadi 'Korban Kedua' Pandemi Corona

Petugas kesehatan yang merawat pasien Covid-19 menghadapi risiko terhadap kesehatan fisik sejak awal pandemi terjadi. Banyak yang terinfeksi dan meninggal karena infeksi ini.

Tetapi, kasus bunuh diri Dr Lorna Breen, seorang dokter UGD di New York City dan penyintas Covid-19, telah menyoroti masalah kesehatan lain yang dihadapi petugas medis, yaitu masalah kesehatan mental.

"Bahkan di luar pandemi, berbicara tentang populasi orang yang rentan, kau tahu, ada banyak stres," tutur Dr Sanjay Gupta, Kepala Koresponden Medis CNN.

Baca Juga: Studi: Makan Daging Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental

Pandemi Covid-19 telah menciptakan apa yang dikenal sebagai 'korban kedua', kata Curtis Reisinger, seorang psikolog klinis dan direktur Program Bantuan Karyawan di Northwell Health di New York.

Istilah ini merujuk pada pekerja kesehatan yang mengalami trauma terkait dengan perawatan pasien.

Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) memakai pelindung wajah bersiap menyemprotkan cairan disinfektan di lingkungan asrama Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Bethel di kawasan Petamburan, Jakarta, Jumat (17/4).  [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) memakai pelindung wajah bersiap menyemprotkan cairan disinfektan di lingkungan asrama Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Bethel di kawasan Petamburan, Jakarta, Jumat (17/4). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Reisinger mengatakan dirinya telah mendengar dari petugas medis bahwa Covid-19 membuat mereka tidak dapat sepenuhnya merawat kebutuhan pasien.

"Rasa sakit yang mereka rasakan adalah, terkadang ingin menjadi lebih dekat (ke pasien) dan ingin membantu, tetapi mereka tidak bisa," jelas Reisinger.

Karena virus corona sangat menular, keluarga pasien tidak diperbolehkan membesuk ke rumah sakit dan petugas kesehatan tidak bisa terlalu dekat dengan pasien yang terinfeksi. Membuat pasien merasa sendirian.

Baca Juga: Demi Kesehatan Mental, Ini Tips Membawa Alam ke Dalam Rumah Anda

"Kau bisa melihat ketakutan di mata seseorang, (tapi) kau tidak bisa memeluk mereka, kau tidak bisa menenangkan mereka. Mereka menderita menyaksikan apa yang tidak bisa mereka lakukan," lanjutnya, dilansir CNN Internasional.

Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) bersiap menyemprotkan cairan disinfektan di lingkungan asrama Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Bethel di kawasan Petamburan, Jakarta, Jumat (17/4).  [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) bersiap menyemprotkan cairan disinfektan di lingkungan asrama Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Bethel di kawasan Petamburan, Jakarta, Jumat (17/4). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Risiko terhadap kesehatan mereka sendiri, situasi hidup dan mati, stres yang tinggi, dan berjam-jam dalam pekerjaan yang menuntut, membuat bidang kesehatan menjadi sangat sulit, bahkan di masa normal.

Tetapi, menurut Gupta, pandemi ini telah memperbesar masalah-masalah itu ke tingkat yang lebih baru karena tidak pernah terjadi sebelumnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI