Kata Ilmuwan Tentang Alasan Sulitnya Membuat Vaksin Virus Corona Covid-19

Rabu, 29 April 2020 | 17:55 WIB
Kata Ilmuwan Tentang Alasan Sulitnya Membuat Vaksin Virus Corona Covid-19
Penampakan Virus Corona baru atau COVID-19 [NIAID flickr].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kata Ilmuwan Tentang Alasan Sulitnya Membuat Vaksin Virus Corona Covid-19

Hampir setiap orang mungkin pernah mengalami flu pilek. Sudah tahukah kamu bahwa penyebab pilek pada manusia juga bisa disebabkan oleh virus corona tapi dengan jenis berbeda yang menjadi penyebab penyakit Covid-19?

Setiap orang bisa saja mengalami pilek sebanyak beberapa kali dalam hidupnya. Sebab, meski antibodi akan terbentuk 5-7 hari pasca virus masuk dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh yang terbentuk ternyata tidak bersifat permanen.

"Keluarga virus corona yang dapat menyebabkan berbagai pilek, tubuh kita dapat membentuk kekebalan yang dapat bertahan hanya beberapa bulan, hingga beberapa tahun. Inilah sebabnya kita sering menderita pilek," kata dokter spesialis kesehatan masyarakat dari Atlanta, Amerika Serikat, Saju Mathew, mengutip dari CNN, Rabu (29/4/2020).

Baca Juga: Mengapa Penemuan Vaksin Covid-19 Tidak Bisa Dipercepat?

Hal itu pula yang diperkirakan menjadi penyebab pasien Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh bisa kembali terinfeksi. Diakui Mathew, para dokter belum sepenuhnya memahami berapa lama virus Covid-19 dapat bertahan di dalam tubuh manusia, terlebih penyakit itu masih baru.

"Kami tidak yakin berapa lama kekebalan bisa bertahan. Pada titik ini, kita dapat mengasumsikan bahwa sekali terinfeksi dan pulih, tubuh kita kemungkinan besar memiliki kekebalan untuk beberapa waktu. Seluruh konsep vaksin bergantung pada teori ini," katanya.

Meski begitu, menurut Mathew, ada beberapa data yang meragukan asumsi tersebut. Beberapa pasien di Korea Selatan, yang terinfeksi virus corona kembali positif Covid-19 setelah dinyatakan pulih.

Berdasarkan laporan Wall Street Journal, dokter-dokter Korea Selatan percaya bahwa kasus-kasus tersebut bukan infeksi ulang, melainkan pengaktifan kembali virus. Namun Mathew menegaskan perlu lebih banyak penelitian untuk memahami kekebalan Covid-19.

Terkait kekhawatiran akan muncul jenis virus baru setelah Covid-19, menurut Mathew mutasi virus adalah hal yang wajar, umum dan dalam banyak kasus tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi manusia.

Baca Juga: Uji Coba Pada Monyet Sukses, Vaksin Covid-19 Siap Diuji ke Manusia

Ilustrasi vaksin Covid-19. [Pixabay/Pete Linforth]
Ilustrasi vaksin Covid-19. [Pixabay/Pete Linforth]

"Mutasi hanya menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi kelangsungan hidup virus itu sendiri," tegasnya.

Pentingnya menguji kekebalan virus dengan tepat dan akurat, kata Mathew, agar dapat mengidentifikasi jenis perlindungan yang bisa digunakan kepada manusia. Ini dapat dilakukan dengan melihat immunoglobulin atau antibodi spesifik yang disebut IgM dan IgG. IgM cenderung mengindikasikan perlindungan jangka pendek sementara IgG melakukan perlindungan jangka panjang.

"Saat ini ada beberapa perusahaan yang mengerjakan tes antibodi, tetapi hasilnya sejauh ini belum menjanjikan. Beberapa justru mengidentifikasi antibodi dari keluarga virus corona yang sama. Seperti virus penyebab pilek dan SARS," katanya.

Selain itu, tes antibodi juga dapat menjadi sumber penting untuk menentukan petugas kesehatan dapat kebal dan aman dalam merawat pasien Covid-19 tanpa risiko tertular penyakit yang sama.

"Kami masih jauh dari vaksin, yang mungkin akan terbukti sebagai jawaban untuk pandemi ini untuk selamanya. Namun, tes kekebalan Covid-19 yang akurat dapat membuktikan sebagai jalan keluar, selain dari vaksin. Mari berharap tes antibodi yang andal segera dikembangkan dan dapat mengirim orang kembali bekerja lalu keluar di dunia, dengan aman," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI