Peneliti: Strain Virus Corona Prancis Bukan dari China, Bisa Eropa atau AS

Rabu, 29 April 2020 | 12:18 WIB
Peneliti: Strain Virus Corona Prancis Bukan dari China, Bisa Eropa atau AS
Warga Prancis tampak sedang melakukan jogging di sekitar jembatan Bir-Hakeim dekat Menara Eiffel, Paris, di hari ke-11 pemberlakuan aturan lockdown di Prancis, Jumat (27/3/2020). [AFP/Joel Saget]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dilansir dari SCMP, para peneliti menyatakan, bahwa sebagian besar pasien tersebut mungkin memiliki gejala ringan atau tidak sama sekali. Mereka juga menemukan bahwa sampel di Aljazair terkait erat dengan yang ada di Perancis, menunjukkan bahwa pelancong dari Prancis mungkin telah memperkenalkan virus ke negara Afrika dan menyebabkan wabah.

Benjamin Neuman, profesor dan ketua ilmu biologi dengan Texas A&M Universitas Texarkana, mengatakan strain Perancis mungkin berasal dari Belgia di mana beberapa sekuens yang paling dekat terkait dengan strain asli dari China.

"Karena jenis virus (corona) Eropa yang paling awal Sars-CoV-2 tampaknya terkait dengan Belgia, gagasan bahwa virus menyebar dari Belgia ke Italia dan Prancis pada waktu yang bersamaan tampaknya masuk akal," kata Neuman.

Beberapa ilmuwan terkemuka, termasuk Francis Collins, direktur Institut Kesehatan Nasional AS, mengatakan virus itu mungkin telah menyebar secara diam-diam pada manusia selama bertahun-tahun atau bahkan beberapa dekade, tanpa menyebabkan wabah yang terdeteksi.

Baca Juga: Apa Kebijakan Maskapai Dunia Saat Hadapi Pandemi Covid-19?

Novel Coronavirus  (Shutterstock)
Novel Coronavirus (Shutterstock)

Virus itu telah beradaptasi dengan baik pada tubuh manusia. Beberapa gen yang mengatur ikatannya dengan sel inang serupa, atau bahkan identik, dengan yang ditemukan pada beberapa virus manusia yang sangat menular, seperti HIV dan Ebola.

Sebuah studi baru-baru ini oleh tim ahli genetika di Universitas Oxford memperkirakan wabah pertama pandemi saat ini dapat terjadi pada awal September tahun lalu. Mereka menemukan bahwa galur dominan yang beredar di China dan Asia secara genetik lebih muda daripada galur populer di Amerika Serikat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI