Suara.com - Nilai Anak Tertinggal di Sekolah, Ini Tips Untuk Para Orangtua
Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya berprestasi di sekolah. Sering kali nilai tinggi dan ranking dijadikan standar oleh orangtua dalam menilai perkembangan anak di sekolah.
Sehingga, tak jarang orangtua was-was jika anaknya mendapat nilai rendah di sekolah. Psikolog Pendidikan dari Universitas Indonesia Rose Mini Agoes Salim mengatakan, orangtua harus menyadari bahwa setiap anak memiliki kapasitas yang berbeda-beda.
"Kadang orangtua pengen nilai anaknya tinggi, 9 atau 10. Padahal kapasitas anak tidak sama. Kalau kakaknya mudah mendapat nilai tinggi di matematika belum tentu si adik sama. Mungkin dia masuk pada mata pelajaran yang berbeda," kata bunda Romi, sapaan akrab Rose Mini, saat melakukan siaran langsung di Instagram bersama @ayahbunda, Senin (27/4/2020).
Baca Juga: Hari Nasi Goreng Nasional, Ibu Kini Bisa Bikin Nasi Goreng Tanpa Repot
Kalau si anak terus mendapat nilai jelek dalam jangka waktu tertentu, menurut Romi, kemungkinan ada yang salah pada cara pengajaran.
"Kita tahu informasi bisa masuk dengan cara visual gambar-gambar, auditori mendengar, dan kinestetik. Kita lihat anak goyang mulu sementara orangtua ngomong terus gak akan nyambung informasi yang disampaikan," tuturnya.
"Bukan anak yang terhambat tapi mungkin cara prosesnya yang beda. Jangan cepat-cepat ambil kesimpulan anak kita gak mampu. Kalau dia nilainya tujuh mungkin memang di pelajaran itu tujuh. Siapa tahu dipelajaran lain berbeda," jelas Romi.
Diakuinya, setiap orangtua pasti menginginkan nilai bagus dari anaknya. Tapi jika nilai dan ranking terus dijadikan standar bisa membuat anak stres. Menurutnya, lebih baik biarkan anak santai dengan nilai yang didapat tapi tetap bahagia.
Romi menjelaskan bahwa menjadi tugas orangtua membuat anak merasa bahagia. Agar anak percaya bahwa dalam dirinya ada hak positif yang tinggi juga kemampuan.
Baca Juga: Diisukan Meninggal Dunia, Ini 4 Santapan Mewah yang Disukai Kim Jong Un
"Jadi nuansa itu yang harus kita perhatikan. Saya lakukan riset kecil bahwa ada banyak orangtua gak kenal anaknya. Anak disamakan dengan nilai, anak disamakan dengan ranking. Anak kita mungkin berbeda. Gak apa-apa. Manusia bisa maju kok dengan kapasitas kemampuannya. Asal simulasi sebagai orangtua memaksimalkan kemampuaannya," tutur Romi.