Dokter AS Gunakan Hormon Seks Wanita untuk Selamatkan Pasien Covid-19 Pria

Selasa, 28 April 2020 | 07:35 WIB
Dokter AS Gunakan Hormon Seks Wanita untuk Selamatkan Pasien Covid-19 Pria
Pasien corona. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada pertengahan April, dokter di Long Island New York, Amerika Serikat, mulai melakukan perawatan pasien dengan menggunakan estrogen dalam upaya meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Awal Mei nanti, para ahli juga akan merawat pasien pria dengan hormon lain yang sebagian besar ditemukan pada wanita, progesteron.

"Ada perbedaan yang mencolok antara jumlah pasien pria dan wanita di unit perawatan intensif, dan pasien pria jelas-jelas menjadi lebih buruk," kata Dr. Sara Ghandehari, seorang dokter paru dan dokter perawatan intensif di Cedars-Sinai di Los Angeles pada New York Times.

Menurut dokter Ghandehari, 75 persen pasien perawatan intensif di rumah sakit yang menggunakan ventilator adalah laki-laki. Sementara wanita hamil, yang biasanya imunnya turun, malah cenderung mengalami penyakit ringan karena memiliki kadar estrogen dan progesteron yang tinggi.

Baca Juga: Orangtua Tak Hadiri Pernikahan Sirajuddin Mahmud dengan Zaskia Gotik

Seorang staf medis dengan pakaian pelindung terlihat di depan seorang pasien dengan penyakit virus Corona Covid-19 di dalam sebuah unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakit San Raffaele, Milan, Italia, Jumat (27/3/2020). [Antara/Reuters/Flavio Loscalzo]
Seorang staf medis dengan pakaian pelindung terlihat di depan seorang pasien dengan penyakit virus Corona Covid-19 di dalam sebuah unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakit San Raffaele, Milan, Italia, Jumat (27/3/2020). [Antara/Reuters/Flavio Loscalzo]

Dilansir dari New York Times, asal-usul percobaan estrogen di Renaissance School of Medicine di Stony Brook University di Long Island berasal dari pengamatan bahwa pria lebih berisiko meninggal karena virus corona daripada wanita.

Hal tersebut membuat para ilmuwan memikirkan apa yang ada di wanita dan tidak ada pada pria, yakni hormon seks wanita.

Uji coba mendaftarkan pasien pertamanya minggu lalu dan hasil awal dapat tersedia dalam beberapa bulan ke depan.

"Ini benar-benar di luar kebiasaan, yang merupakan awal dari ide bagus," kata Dr. Nachman dari associate dekan untuk penelitian di Renaissance School, yang merupakan bagian dari Universitas Negeri New York.

Baca Juga: Pedagang Takjil Ramadan Kediri: 7 Tahun Jualan, Baru Sekarang Susah Pembeli

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI