Pada pasien yang menjadi subjek penelitian ini dilakukan pemeriksaan pada minggu ke-4 Ramadan dan dibandingkan tiga bulan setelah Ramadan.
"Hasil penelitian mendapatkan bahwa pada kelompok pasien yang berpuasa Ramadan terdapat perubahan nilai GERD-Q (suatu parameter untuk menilai ringan buruknya GERD)," ungkap Ari.
Jumlah pasien yang mengalami perubahan sebanyak 55 pasien atau mencapai 85 persen. Bahkan pada 23 persen perubahan GERD yang terjadi dengan rentang yang cukup besar.
Beberapa analisa lebih lanjut ternyata jumlah asupan rokok pasien selama berpuasa Ramadan berkurang dibandingkan saat tidak berpuasa.
Baca Juga: Empat Penyakit Ini Perparah Kematian Akibat Corona di Indonesia
"Pengaruh selisih waktu antara makan terakhir dengan tidur tidak ditemukan pada kedua kelompok baik pada penderita GERD saat berpuasa dan saat tidak berpuasa," terang Prof Ari.
Begitu pula tidak ada perbedaan antara selisih waktu antara makan terakhir dengan tidur pada kelompok puasa dan tidak puasa.
Perbedaan perbaikan gejala klinis GERD ini lebih meyakinkan bahwa pasien dengan GERD tetap diperbolehkan untuk tetap berpuasa karena puasa Ramadan akan memperbaiki gejala GERD-nya.
"Pada akhirnya penelitian ini berkesimpulan bahwa pasien GERD yang menjalani puasa Ramadan, keluhan GERD dirasakan lebih ringan saat berpuasa dibandingkan pada saat di luar puasa," kata dia.
Tak hanya itu, sambung Prof Ari juga mengatakan bahwa pasien GERD juga ternyata merasakan keluhan lebih ringan dibandingkan pasien GERD yang tidak berpuasa.
Baca Juga: Nostalgia! Resep Es Lilin Pasta Coklat Dijamin Ketagihan
Akhirnya hasil penelitian ini menjadi angin segar buat penderita GERD untuk tidak ragu-ragu lagi menjalankan ibadah puasa Ramadan.