Suara.com - Ruam merah pada kulit yang muncul tiba-tiba bisa menjadi salah satu gejala sakit Covid-19, begitu ahli memperingatkan.
Lewat data dari Italia menunjukan bahwa satu dari lima orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 mengalami perubahan pada kulit.
Dalam beberapa kasus, ruam berpotensi menjadi tanda infeksi pertama atau satu-satunya. Menurut Program Layanan Kesehatan Masyarakat di Inggris atau NHS, gejala utama virus corona adalah batuk terus-menerus dan suhu tubuh yang tinggi.
Namun diperkirakan bahwa delapan dari sepuluh orang yang terinfeksi hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tidak menunjukkan gejala penyakit sama sekali. Seiring meningkatnya kasus, beberapa gejala tambahan telah dikaitkan dengan virus corona jenis baru tersebut.
Baca Juga: Presiden Jokowi dan 3 Menterinya Dapat Rapor Merah soal Penanganan Covid-19
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan diare, sakit tenggorokan, dan sakit nyeri dapat mengindikasikan infeksi virus corona. Di Inggris, dokter spesialis THT telah memperingatkan jika mengalami masalah pada indera penciuman, dikenal sebagai anosmia, bisa menjadi salah satu gejala lainnya.
Tapi ternyatam seiring waktu makin banyak laporan pasien yang terinfeksi Covid-19 dan mengalami ruam pada kulit. Para ahli tertarik untuk memastikan apakah virus corona adalah penyebabnya.
"Saya telah melihat beberapa pasien yang biasanya tidak menderita eksim atau alergi yang tiba-tiba, ruam aneh," kata Dr Veronique Bataille, seorang dokter kulit konsultan NHS mengutip dari Dailymail.
Menurut Bataille, dalam dua atau tiga hari pascamuncul ruam, pasien biasanya baru akan mengalami gejala khas Covid-19.
"Untuk beberapa pasien, kami percaya ruam mungkin satu-satunya gejala yang mereka dapatkan. Masyarakat harus mewaspadai hal ini dan kemungkinan gejala lain pada anggota keluarga mereka," tambahnya.
Baca Juga: Juara Liga dengan 3 Klub Berbeda di Indonesia, Dutra: Sebuah Kebanggaan!
Sebuah studi terhadap 88 pasien yang terinfeksi di Rumah Sakit Lecco di Lombardy, salah satu daerah paling parah di Italia, menemukan 20 persen diantaranya mengalami perubahan pada kulit mereka.