Suara.com - Sebuah aplikasi tracking dan gelang Covid-19 berhasil dikembangkan dan diterapkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk memantau para ODP yang terdiri dari mereka yang datang ke daerah tersebut. Apalagi, mereka yang datang dari daerah zona merah Covid-19.
Aplikasi tracking dan gelang Covid-19 ini digunakan untuk percepatan penanganan Covid-19 di daerah tersebut. Aplikasi dan gelang ini adalah satu kesatuan paket yang nantinya bisa melacak keberadaan ODP atau orang dalam pemantauan dan OTG atau orang tanpa gejala.
"Nah, jadi kami membuat satu konsep namanya 3T, ini adalah tracking, kemudian test, kemudian treatment. Jadi orang yang ditracking orang yang ODP, orang yang OTG masuk ke tabel kita," jelas Prof. Dr. Ir. Saparudin, inisiator aplikasi FightCovid.id di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (24/4/2020).
Adapun kinerja aplikasi ini di Bangka Belitung adalah mereka yang baru tiba dari bandara, terminal, atau kendaraan dari pulau Jawa diminta menginstal aplikasi dan diberikan gelang. Aplikasi dan gelang ini nantinya akan bisa melacak dimana orang tersebut berada.
Baca Juga: Total ODP Covid-19 di Indonesia Capai 195.948 Orang, 18.283 PDP
Apalagi saat tiba di Bangka Belitung seharusnya ia melakukan karantina mandiri selama 14 hari dan di rumah aja. Sehingga nantinya sewaktu-waktu ternyata ia dinyatakan positif, maka pemerintah bisa melacak sudah kemana saja orang ini berjalan selama 14 hari.
"Jadi untuk anak muda, kalian di rumah aja karena kalian bisa jadi OTG. Jangan menyebarkan, kasihan yang disebarkan bagi orang-orang tua yang rentan. Jadi untuk orang muda untuk semuanya di rumah aja," ungkap Ahmad AlGhozi selaku pengembang aplikasi FightCovid.id.
Ghozi menjamin bahwa aplikasi ini tidak akan mengambil data pribadi si pengguna. Ia memastikan yang diambil hanyalah lokasi dimana orang tersebut berada. Apakah patuh menjalani masa karantina mandiri selama 14 hari, atau malah asik keluyuran.
Kata Ghozi, aplikasi ini bertujuan agar Indonesia terbebas dari fase 1 dan 2, yaitu fase tertular dan menularkan, yang itu berbahaya bagi Indonesia sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia.
"Maksud kami mencari tracking itu biar kita tahu cluster-nya. Jadi kalau misalnya Anda kemana-mana, kita nggak tahu Anda ke mana aja. Kita nggak tahu pasnya dimana tertular. Dan makin banyak yang menyebar, sedangkan tenaga medis kita terbatas, kalian banyak yang menyebarkan," ungkap Ghozi.
Baca Juga: MUI: ODP, PDP, dan Positif Corona Haram Sholat di Masjid
Bersama rekannya Agung Pratomo dan seorang kawan lainnya, Ghozi bercerita jika membutuhkan waktu hingga 5 hari untuk membuat aplikasi versi 1 awal atau versi beta. Ia kemudian berusaha mencari insight-insight yang perlu dimasukkan dalam aplikasi, dan betapa tak disangka mendapat respon positif dari Gubernur Kepulauan Provinsi Bangka Belitung.
"Awalnya juga kan kita nggak nyangka juga bisa di Belitung. Kemudian pak gubernur tuh cepet banget tanggapnya gitu," tutupnya.