Antara Hidup dan Mati, Ada Korban Tersembunyi di Balik Pandemi Covid-19

Kamis, 23 April 2020 | 20:36 WIB
Antara Hidup dan Mati, Ada Korban Tersembunyi di Balik Pandemi Covid-19
Ilustrasi pasien yang baru mendapat operasi (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 telah mengguncang setiap aspek perawatan kesehatan, termasuk kanker, transplantasi organ, dan bahkan operasi otak.

Awalnya, ketika epidemi terjadi, banyak rumah sakit mengambil langkah untuk menghentikan operasi elektif atau non-emergency.

Tetapi, seiring waktu beberapa kondisi jatuh ke zona abu-abu risiko medis. Walau mungkin bukan kondisi darurat, banyak dari penyakit non-emergensi menjadi ancaman jiwa, atau jika tidak segera diobati, dapat membuat pasien hidup dengan cacat permanen.

Keterlambatan pengobatan sangat menganggu bagi penderita kanker. Para dokter mengatakan bahwa mereka hanya berusaha menyediakan perawatan kanker yang paling mendesak, tidak hanya untuk menghemat sumber daya tetapi juga melindungi pasien kanker, yang memiliki peluang tinggi untuk sakit parah saat terinfeksi virus corona baru.

Baca Juga: Minum Aspirin Turunkan Risiko Kanker, Tapi Ada Efek Jangka Panjangnya

Survei terbaru oleh Jaringan Aksi Kanker American Cancer Society, dilansir New York Times, menunjukkan hampir satu dari empat pasien kanker mengalami keterlambatan dalam perawatan, termasuk akses janji temu dokter, pencitraan atau scan, operasi dan layanan lainnya.

Ilustrasi operasi. (Pixabay)
Ilustrasi operasi. (Pixabay)

Pemimpin perusahaan yang bergerak di bidang jasa membantu pasien kanker menemukan uji klinis TrialJectory, Tzvia Bader, mengatakan pasien yang ketakutan telah menelepon mereka untuk meminta nasihat tentang penundaan perawatan penyakit mereka.

Salah satu kasusnya, seorang wanita yang telah menjalani operasi melanoma dan akan memulai imunoterapi, diberi kabar bahwa perawatannya akan ditunda untuk jangka waktu tidak diketahui.

"Dia berkata, 'apa yang akan terjadi padaku?'. Ini tidak meningkatkan peluangnya (untuk bertahan)," kata Bader.

"Kematian kanker telah menurun selama beberapa tahun terakhir, dan saya sangat takut kita akan mundur," sambungnya.

Baca Juga: Peneliti Khawatir Wabah Virus Corona Covid-19 Bisa Picu Epidemi Kanker!

Banyak rumah sakit telah menunda operasi untuk tumor payudara, keputusan yang meresahkan bagi wanita yang ingin menghilangkan kanker.

Tetapi ahli kanker mengatakan bahwa untuk sebagian besar kasus kanker payudara, tidak seperti keganasan yang lebih agresif, tidak ada salahnya menunggu operasi karena regimen dapat diubah.

Ilustrasi operasi stimulasi otak dalam (YouTube/Northwestern Medicine)
Ilustrasi operasi stimulasi otak dalam (YouTube/Northwestern Medicine)

"Kita dapat memberikan obat dengan aman terlebih dahulu dan memulai operasi nanti, Krisis saat ini akan terkendali dan mereka bisa kembali lagi nanti," kata Dr. Larry Norton, direktur medis dari Evelyn H. Lauder Breast Center di Memorial Sloan Kettering Cancer Center, New York.

Tetapi pasien perlu keyakinan bahwa tidak apa-apa untuk mengubah rencana.

"Pasien yang membutuhkan radiasi mendesak (seperti untuk otak atau tulang belakang metastasis dari kanker payudara) akan dapat menjalani radioterapi. Ahli onkologi radiasi juga mencoba menggunakan regimen yang lebih pendek bila mungkin untuk meminimalkan jumlah proses yang harus dilakukan pasien untuk radiasi," tutur Dr. Sylvia Adams, direktur pusat kanker payudara di NYU Langone's Perlmutter Cancer Center.

Sayangnya, perubahan sistem ini juga memengaruhi pasien yang membutuhkan transplantasi organ, hingga operasi otak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI