Duh, Kelamaan Karantina Bisa Bikin Orang Depresi dan Gejala PTSD

Kamis, 23 April 2020 | 18:25 WIB
Duh, Kelamaan Karantina Bisa Bikin Orang Depresi dan Gejala PTSD
Ilustrasi karantina bisa sebabkan depresi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Duh, Kelamaan Karantina Bisa Bikin Orang Depresi dan Gejala PTSD

Sebuah tinjuan yang terbit dalam The Lancet menemukan karantina dikaitkan dengan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (PTSD), kebingungan, dan kemarahan. Beberapa penelitian juga menunjukkan efek ini bertahan lama.

Informasi yang jelas dari sumber-sumber pemerintah adalah bagian yang sangat membantu dalam proses ini.

Profesor psikiatri Rima Styra dan rekannya di Universitas Toronto, Laura Hawryluck, seorang profesor kedokteran perawatan kritis, meneliti dampak karantina selama wabah SARS dan menemukan 29 persen dari mereka yang dikarantina menunjukkan tanda PTSD, dan 31 persen memiliki gejala depresi.

Baca Juga: Tak Hanya Fisik, Puasa Juga Bermanfaat untuk Kesehatan Mental

"Studi kami benar-benar menunjukkan pentingnya informasi yang andal, konsisten, dan pembaruan sehingga orang dapat memahami apa yang kita (layanan kesehatan) ketahui, apa yang kita tidak ketahui, dan bagaimana kita berusaha untuk menutup celah itu," kata Styra, dikutip dari Quartz.

Bidang pelayanan kesehatan dan pemerintah harus memberikam informasi terperinci tentang segala sesuatu tentang pandemi Covid-19 ini.

Ilustrasi isolasi atau karantina COVID-19 - (Pixabay/Alexey_Hulsov)
Ilustrasi isolasi atau karantina COVID-19 - (Pixabay/Alexey_Hulsov)

"Cara orang dalam karantina akan dipantau dan apa yang harus dilakukan jika mereka mulai mengembangkan gejala (Covid-19) juga harus jelas dan cukup fleksibel untuk memenuhi kebutuhan orang-orang engan berbagai tingkat akses dan keterampilan dalam teknologi," sambungnya.

Terlepas dari kebingungan, jutaan orang di seluruh dunia pasti harus secara drastis mengurangi kontak sosial dan menghabiskan waktu dalam isolasi untuk memerangi wabah.

"Dikarantina memberi seseorang perasaan berada di bawah belas kasihan orang lain dan kekuatan tak terkendali lainnya seperti wabah. Ini mengarah pada perasaan tidak berdaya dan ketidakpastian tentang masa depan yang bisa sangat meresahkan," kata seorang psikolog evolusi di Knox College di Illinois, Frank McAndrew.

Baca Juga: Pandemi Covid-19: Cara Mengelola Kesehatan Mental Ibu yang Baru Melahirkan

Untuk mengatasinya, seorang psikolog Sue Firth menyarankan untuk mencoba tetap terhubung dengan teman melalui video call, melakukan pekerjaan yang terstruktur, atau berolahraga di dalam ruangan, misalnya yoga atau menari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI