3. Diare atau sembelit
Dua jam setelah makanan dicerna, kambung akan kosong dan sisanya akan berpindah ke usus menjadi fases. Sayangnya, jika Anda tidur setelah makan maka itu akan mengganggu proses pencernaan sehingga makanan tidak kunjung dicerna.
Timbunan makanan yang tidak dicerna dalam perut bisa menyebabkan gangguan pencernaan. Baik itu diare maupun sembelit.
4. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau refluks asam lambung
Baca Juga: 24 Orang Gugat Perppu Corona Jokowi ke MK: Amien Rais hingga Adhie Massardi
Saat asam lambung naik terus menerus, maka akan berkembang menjadi GERD atau refluks asam lambung.
GERD terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan (esofagus). Akibatnya, timbul rasa seolah terbakar di dada dan kerongkongan, karena lapisan kerongkongan tersebut mengalami iritasi.
Orang dengan kondisi GERD biasanya akan mengalami kenaikan asam lambung ringan 2 kali seminggu atau 1 kali seminggu pada asam lambung berat.
Secara garis besarnya, gejala penyakit GERD adalah:
- Merasa seperti ada makanan yang tersangkut di dalam kerongkongan, sulit menelan, serta cegukan.
- Mengalami sensasi panas seolah terbakar di dada (heartburn), yang bisa menyebar sampai ke leher.
- Sakit atau nyeri pada dada.
- Timbul rasa asam atau pahit di mulut.
- Ada cairan atau makanan yang naik dari dalam perut ke bagian mulut.
- Masalah pernapasan, seperti batuk kronis dan asma.
- Suara serak.
- Sakit tenggorokan.
5. Stroke
Baca Juga: PSBB untuk Bandung Raya Diajukan, Emil: Jika Disetujui, Akan Dimulai Rabu
Seperti yang disebutkan sebelumnya, tidur setelah makan membuat makanan tidak tercerna. Hal ini menyebabkan lambung membutuhkan asupan darah yang lebih banyak untuk memperlancar pekerjaannya.
Padahal, otak juga tetap membutuhkan asupan darah yang stabil meski kita sedang tertidur. Karena terserap di lambung, maka suplai darah ke otak akan berkurang. Dalam jangka panjang, kebiasaan tersebut akan membuat otak mengalami stroke.