Selain Minim APD, Tenaga Kesehatan Juga Sulit Akses Tes Corona Covid-19

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 21 April 2020 | 09:45 WIB
Selain Minim APD, Tenaga Kesehatan Juga Sulit Akses Tes Corona Covid-19
Ilustrasi tenaga medis saat menangani pasien Covid-19. [Antara/Reuters/Flavio Loscalzo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selain Minim APD, Tenaga Kesehatan Juga Sulit Akses Tes Corona Covid-19

Jumlah tenaga medis yang terinfeksi virus corona atau Covid-19 masih terus bertambah. Berdasarkan informasi yang dikeluarkan oleh Tim Gugus Tugas COVID-19 Jakarta, hingga 12 April 2020 ada 174 orang yang tersebar di 41 rumah sakit, empat puskesmas dan satu klinik (data per 12 April 2020).

Kondisi ini disebabkan bukan hanya karena tenaga medis kekurangan Alat Pelindung Diri, yang menempatkan mereka berisiko tinggi terpapat virus tersebut.

Menurut Ketua Kolegium Urologi Indonesia dan Penggagas Solidaritas Berantas Covid, Prof. Dr. dr. Akmal Taher, SpU(K) mengatakan bahwa tenaga medis juga kesulitan untuk mengakses fasilitas skrining dan testing.

Baca Juga: Susul Thailand, Malaysia Umumkan Nol Kematian karena Virus Corona

"Saat ini, Jakarta tercatat memiliki lebih dari 10 juta populasi sementara ketersediaan RT-PCR hanya sekitar 1.200 per hari. Hal ini berdampak pada antrian tes yang panjang serta waktu yang lama untuk mengetahui hasil tes,"ungkap Akmal dalam keterangan pers yang diterima Suara.com, Senin (20/4/2020).

Tekanan emosional yang dirasakan staf medis kerap terlampau berat. [Paolo Miranda/BBC]
Ilustrasi tenaga medis untuk Covid-19. [Paolo Miranda/BBC]

Ia melanjutkan, tenaga kesehatan dan staf di fasilitas kesehatan memiliki risiko tinggi terpapar pasien positif COVID-19 tanpa sengaja. Ini juga berpotensi menciptakan penularan lokal di dalam fasilitas kesehatan itu sendiri.

Menurutnya, penyebaran dapat ditekan bila kasus diketahui dan dilacak segera. Situasi ini menjadi alasan utama pentingnya skrining dan testing, di samping penggunaan APD lengkap serta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di kalangan tenaga dan staf fasilitas kesehatan.

"Tanpa kemampuan tes yang masif dan cepat, fasilitas kesehatan akan semakin dibebani oleh krisis sumber daya manusia kesehatan. Hal tersebut kemudian berdampak pada keterlambatan tata laksana medis dan meningkatnya beban kesakitan dan kematian, ujar Akmal.

Kondisi ini juga diamini oleh dr. Syarief Hasan Luthfie, Direktur RS Haji Jakarta. Ia mengatakan, keterbatasan kapasitas tes maupun lamanya hasil keluar menjadi kendala bagi tenaga medis untuk segera mengambil keputusan isolasi maupun penanganan untuk staf kami.

Baca Juga: Pembuat Film Tom and Jerry Meninggal, Warganet Kenang Karya Legendarisnya

"Karena di saat yang bersamaan, jumlah pasien maupun yang terduga COVID-19 terus meningkat sehingga kami tidak dapat langsung mengisolasi semua tenaga kesehatan dalam status ODP bila belum terbukti positif," ujar dia.

Oleh karenanya,  Direktur Kebijakan CISDI, Olivia Herlinda, mengatakan bahwa pihaknya bersama (SBC) memberikan dukungan bagi tenaga kesehatan berisiko tinggi, di Jakarta dan luar Jakarta, melalui akses ke pemeriksaan 1.000 Rapid Test Antibodi, 4.000 RT-PCR dan pemberian 8.000 Alat Pelindung Diri (APD) lengkap secara gratis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI