Pandemi Covid-19 Bikin Siklus Menstruasi Berantakan, Mengapa?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 21 April 2020 | 06:10 WIB
Pandemi Covid-19 Bikin Siklus Menstruasi Berantakan, Mengapa?
Ilustrasi perempuan sedang alami menstruasi. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 Bikin Siklus Menstruasi Berantakan, Mengapa?

Bukan kabar baru bahwa pandemi virus corona atau Covid-19 juga bisa menimbulkan stres. Kondisi ini dapat berdampak besar pada kesehatan fisik.

Ini dapat menyebabkan masalah psoriasis dan usus. Ini bisa memicu sakit kepala dan batu empedu. Selain itu stres akibat pandemi juga juga bisa mengacaukan siklus menstruasi perempuan.

Seperti dilansir dari Metro UK, pada dasarnya tubuh tidak suka stres. Mereka tidak tahu apakah peningkatan hormon stres kortisol adalah hasil dari kurang tidur, pandemi global, kelaparan atau dikejar oleh harimau. Sehingga menimbulkan respon yang sama.

Baca Juga: Di Rumah Aja, Jangan Malas Ganti Celana Dalam Setiap Hari

Ilustrasi pembalut (Shutterstock)
Ilustrasi pembalut (Shutterstock)

Lonjakan kortisol dapat menekan kadar hormon reproduksi normal dan yang dapat menyebabkan anovulasi (tidak ada ovulasi), amenore (kekurangan menstruasi) atau perdarahan yang tertunda. NHS mencantumkan stres sebagai salah satu alasan paling umum di balik menstruasi, di samping kehamilan, PCOS, dan masalah berat badan.

Sebuah penelitian yang mengamati dampak stres pada perawat wanita menemukan bahwa stres tinggi dan siklus yang lebih lama terkait. Ini dapat memperpendek siklus Anda.

Penelitian yang sama menemukan bahwa meski orang-orang yang berada dalam situasi stres tinggi tidak mengalami ovulasi atau memiliki siklus yang lebih lama, orang-orang stres yang tidak memiliki banyak kendali atas apa yang harus mereka lakukan di tempat kerja memiliki siklus yang lebih pendek.

Sehingga, hal itu yang menjadi sebab siklus menstruasi jadi berantakan saat pandemi. Sebagian besar dari kita hidup dalam stres yang membuat Anda sedikit atau tidak memiliki kendali sama sekali.

Jenis stres itu adalah jenis stres yang berbeda dengan jenis yang Anda rasakan ketika terlalu banyak melakukan atau terlalu banyak tekanan untuk melakukannya.

Baca Juga: Inggris akan Uji Coba Pengobatan Plasma Darah untuk Covid-19

Selain itu, kondisi pandemi juga membuat menstruasi lebih menyakitkan. Kram yang intens mungkin merupakan efek samping dari stres.

Satu studi mengamati nyeri 388 wanita Tiongkok berusia 20-34. Ditemukan bahwa dismenore (periode nyeri) dua kali lebih sering terjadi pada wanita yang melaporkan tingkat stres tinggi tepat sebelum waktunya, dengan 44 persen wanita dengan stres tinggi mengeluh sakit dibandingkan dengan 22 persen yang hidup dengan stres rendah.

Oleh karena itu, jika menemukan menstruasi Anda berhenti bahkan berbulan-bulan setelah kehidupan kembali normal, ada baiknya mengobrol dengan dokter.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI